Spirit of Aqsa– Pakar militer dan strategi, Letnan Jenderal Mohammed Al-Samadi, menegaskan bahwa pejuang Palestina mampu melukai pendudukan Israel melalui operasi-operasi bermutu meskipun terdapat ketimpangan kekuatan. Ia menekankan bahwa keyakinan terhadap perjuangan dan doktrin tempur mereka mampu mengimbangi keterbatasan kemampuan militer.
Dalam analisis militernya, Al-Samadi menjelaskan bahwa tentara pendudukan berusaha memperluas operasinya di wilayah utara Jalur Gaza untuk menghancurkan kantong-kantong perlawanan, meskipun hal ini mengakibatkan lebih banyak kejahatan terhadap warga sipil.
Namun, ia menegaskan bahwa pejuang Palestina masih memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan, pengintaian, dan operasi pertempuran jarak dekat secara efektif.
Kemarin, radio militer Israel melaporkan bahwa tiga tentara mereka terluka, salah satunya dalam kondisi kritis, akibat ledakan alat peledak yang mengenai sebuah tank di Jalur Gaza. Insiden ini terjadi selama operasi penyisiran yang dilakukan oleh Brigade Harel di tengah Jalur Gaza.
Operasi KompleksSeorang juru bicara tentara Israel menyebutkan bahwa seorang tentara cadangan terluka parah dalam pertempuran di wilayah tengah Jalur Gaza.
Al-Samadi memuji keberhasilan pejuang Palestina dalam menjalankan operasi-operasi kompleks, seperti menyerang dan menyerbu bangunan tempat pasukan pendudukan berlindung dari jarak dekat. Operasi semacam ini, menurutnya, memberikan dampak psikologis dan moral yang besar pada tentara Israel.
Dia juga mencatat peningkatan frekuensi operasi bermutu oleh pejuang Palestina, termasuk tewasnya dua tentara Israel dalam ledakan alat peledak di utara Jalur Gaza, serta meningkatnya serangan menggunakan pisau.
Brigade Saraya Al-Quds, sayap militer Jihad Islam, kemarin mengumumkan bahwa salah satu pejuangnya berhasil menyerbu kendaraan lapis baja Israel dan meledakkan alat peledak di tengah tentara yang berada di dalamnya, dekat Menara Al-Awdah di Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.
Pakar militer ini menyebutkan bahwa eskalasi ini mencerminkan menurunnya moral tentara pendudukan yang mulai lelah menghadapi apa yang disebutnya “perang tanpa arah.”
Doktrin TempurAl-Samadi menekankan bahwa perang ini telah menjadi “eksistensial” bagi pejuang Palestina, sehingga mendorong mereka untuk bertempur dengan penuh keberanian, terlepas dari ketimpangan kekuatan militer.
Ia menambahkan bahwa “doktrin tempur, keimanan kepada Tuhan, dan keberanian” adalah faktor yang membantu menyeimbangkan ketimpangan kekuatan dengan Israel.
Terkait kemungkinan Israel mengubah strateginya dalam menghadapi operasi-operasi bermutu ini, Al-Samadi menjelaskan bahwa pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengandalkan strategi melemahkan kemampuan pejuang Palestina secara bertahap.
Namun, ia menegaskan bahwa pejuang Palestina tetap mampu menimbulkan kerugian besar terhadap pendudukan, bahkan hanya dengan senjata sederhana seperti pisau. Selain itu, ia menyoroti bahwa tidak ada yang mengetahui sejauh mana cadangan senjata dan roket yang masih dimiliki oleh faksi-faksi perlawanan.
Sumber: Al Jazeera