Spirit of Aqsa- Badan Urusan Tawanan dan Klub Tawanan Palestina mengumumkan, lima tawanan Palestina asal Gaza telah gugur syahid di penjara Israel dalam sehari. Israel sedang melakukan eksekusi dan pembunuhan sistematis terhadap para tawanan dan tahanan yang berada dalam cengkeraman mereka.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis hari ini, kedua lembaga tersebut menggambarkan situasi di penjara Israel sebagai bencana kemanusiaan yang semakin memburuk tanpa sedikit pun penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Mereka menyerukan komunitas internasional untuk segera campur tangan menghentikan kejahatan sistematis ini, terutama praktik penyiksaan yang hanya akan berujung pada gugurnya lebih banyak tawanan.
Para syuhada yang dilaporkan gugur di penjara Israel adalah:
- Muhammad Rashid Akka (44 tahun)
- Samir Mahmoud Al-Kahlout (52 tahun)
- Zuhair Omar Al-Sharif (58 tahun)
- Muhammad Anwar Labad (57 tahun)
- Ashraf Muhammad Abdul Abu Warda (51 tahun)
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa apa yang dialami oleh para tawanan ini merupakan wajah lain dari perang pemusnahan, dengan tujuan utama untuk melancarkan lebih banyak eksekusi, pembunuhan, dan likuidasi terhadap para tawanan. Dengan pengumuman lima syuhada ini, jumlah syuhada di kalangan tawanan di penjara Israel sejak dimulainya perang pemusnahan meningkat menjadi 55 orang. Jumlah ini hanya mencakup mereka yang identitasnya telah terungkap, sementara ratusan tahanan Gaza lainnya masih menjadi korban penghilangan paksa.
Kejahatan Baru
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa gugurnya lima tawanan ini adalah kejahatan baru dalam rangkaian kekejaman Israel yang tak berujung, yang telah mencapai puncaknya sejak perang pemusnahan dimulai 451 hari lalu terhadap rakyat Palestina.
Jumlah tawanan yang diakui oleh otoritas penjara Israel hingga awal Desember 2024 mencapai lebih dari 10.300 orang. Selain itu, ratusan tahanan Gaza masih menjadi korban penghilangan paksa di kamp-kamp militer Israel. Dari jumlah tersebut, terdapat 89 perempuan, setidaknya 345 anak-anak, dan 3.428 tahanan administratif.
Pernyataan tersebut memperingatkan bahwa jumlah syuhada di kalangan tawanan kemungkinan akan terus meningkat dengan berjalannya waktu. Ribuan tawanan yang ditahan terus-menerus menjadi sasaran kejahatan sistematis, termasuk penyiksaan, kelaparan, berbagai bentuk kekerasan, kejahatan medis, pelecehan seksual, hingga kondisi yang sengaja dibuat untuk memicu penyakit serius dan menular.
Badan Urusan Tawanan dan Klub Tawanan Palestina sepenuhnya menempatkan tanggung jawab atas gugurnya para tawanan kepada otoritas Israel. Mereka kembali mendesak lembaga hak asasi internasional untuk mengambil langkah konkret guna menghukum para pemimpin Israel atas kejahatan perang yang terus dilakukan terhadap rakyat Palestina, termasuk menjatuhkan sanksi yang dapat mengisolasi Israel di kancah internasional.
Sumber: Al Jazeera