Spirit of Aqsa- Jurnalis Inggris-Amerika, Mehdi Hasan, dalam wawancara dengan surat kabar Israel Haaretz, mengungkapkan, tindakan Israel di Gaza merupakan genosida. Hasan, yang sering menjadi sasaran kelompok pro-Israel, dikenal dengan kritik tajamnya terhadap pendudukan Israel, Zionisme, dan kebijakan AS di Gaza.

Dalam wawancaranya, Hasan mengakui bahwa salah satu narasumber dalam acaranya “Mehdi Unfiltered” pernah mengkritiknya karena terlalu sering meliput peristiwa di Gaza. Hasan merespons dengan bertanya, “Bagaimana bisa meliput genosida yang terjadi di depan mata kita dianggap berlebihan?”

Hasan baru-baru ini pindah dari MSNBC dan mendirikan media baru bernama “Zetio,” yang diluncurkan pada Februari lalu. Zetio, yang berarti “mencari kebenaran” dalam bahasa Yunani, menggambarkan dirinya sebagai gerakan untuk akuntabilitas media, menyediakan konten melalui video, buletin, dan podcast.

Transisi ke Zetio

Dalam wawancara yang dilakukan oleh jurnalis Israel, Eitan Nisin, Hasan menjelaskan bahwa ia mendirikan Zetio untuk menawarkan wawancara mendalam dan analisis tajam yang tidak tersedia di tempat lain. Hasan mengaku bahwa ia sering diperingatkan agar tidak “membakar” kariernya, namun ia merasa bebas untuk menggunakan platformnya saat ini untuk “mengatakan kebenaran kepada kekuasaan.”

Hasan dikenal sebagai debater ulung yang cermat memeriksa fakta-fakta yang ia sajikan kepada tamunya. Pandangannya yang lantang terhadap Israel membuatnya menjadi target serangan kelompok pro-Israel di internet.

Zetio mengalahkan ekspektasi awal, meraih pendapatan sekitar dua juta dolar dari 25.000 langganan berbayar sejak peluncurannya, menurut New Statesman.

Kritik terhadap Israel dan Media Barat

Dalam wawancara dengan Haaretz, Hasan menggambarkan pendudukan Israel sebagai bentuk apartheid dan tindakan selama perang di Gaza sebagai “genosida nyata.” Ia menegaskan bahwa anti-Zionisme tidak sama dengan antisemitisme.

Hasan juga mengkritik standar ganda media Barat yang menurutnya sering membungkam kritik terhadap Israel. Ia menyoroti bahwa tekanan dari MSNBC dan NBC selama perang Gaza menuntutnya, bersama dengan dua jurnalis Muslim lainnya, Ali Velshi dan Ayman Mohyeldin, untuk mengubah cara mereka meliput konflik tersebut. Hasan melihat ini sebagai bentuk penargetan jurnalis pro-Palestina sementara yang lain bebas mengutarakan pandangan mereka.

Pandangan Hasan tentang Politik Amerika

Hasan mengomentari dominasi isu Gaza dalam kampanye pemilu presiden AS mendatang. Ia berpendapat bahwa kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, akan lebih buruk dibanding Joe Biden dalam menangani isu ini, mengingat dukungan kuat dari ekstremis sayap kanan Israel kepada Trump.

Ia juga mengkritik tindakan pemerintah Barat, termasuk Jerman dan AS, yang menurutnya mengaburkan batas antara kritik terhadap Israel dan antisemitisme, sehingga setiap kritik terhadap Israel dicurigai sebagai bentuk antisemitisme.

Hasan menegaskan bahwa tindakan seperti yang dilakukan oleh pejabat Israel, seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, yang mengusulkan pemindahan penduduk Gaza dan genosida, seharusnya mendapat perhatian yang sama dengan pernyataan kontroversial dari kelompok pro-Palestina.

Dalam pandangannya, meskipun ada elemen antisemitisme dalam gerakan anti-Zionisme, ia menolak untuk mengecam seluruh gerakan pro-Palestina, yang menurutnya sering diabaikan oleh media Barat.

Dengan pandangannya yang tegas dan tanpa kompromi, Hasan terus menempatkan dirinya di garis depan dalam debat global mengenai konflik Israel-Palestina, meskipun sering menghadapi tantangan dan kritik dari berbagai pihak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here