Israel pada Senin (6/10/2025) berencana mendeportasi sekitar 170 aktivis yang diculik setelah pasukan Zionis membajak armada Global Sumud Flotilla yang tengah menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Informasi ini disampaikan Pusat Hukum untuk Hak Minoritas Arab di Israel (Adalah), yang menyoroti kondisi kritis para aktivis. Dalam pernyataannya Ahad (5/10) malam waktu setempat, Adalah mengungkap bahwa Dinas Penjara Israel (IPS) memberi tahu pengacara mengenai rencana deportasi, namun tanpa merinci nama, kewarganegaraan, maupun negara tujuan para aktivis.

Sebelumnya, Israel telah mendeportasi sekitar 170 peserta flotilla; sebagian besar dikirim ke Istanbul, sedangkan kelompok kecil lainnya ke Italia dan Spanyol. Akses pengacara ke aktivis yang diculik pun sangat terbatas. Beberapa kunjungan pada Sabtu (4/10) ditolak, meski obat-obatan akhirnya diizinkan masuk berkat intervensi hukum dan kunjungan perwakilan kedutaan asing.

IPS hanya memberikan waktu 30 menit bagi pengacara untuk bertemu 11 aktivis asal Tunisia yang tengah melakukan mogok makan. Banyak aktivis lain juga menolak makan, menegaskan sikap mereka terhadap perlakuan yang diterima.

Para aktivis melaporkan adanya “serangan dan kekerasan yang meluas” saat pemindahan dari pelabuhan Ashdod ke Penjara Ketziot di Gurun Negev. Adalah menegaskan kondisi saat ini relatif stabil, namun kekhawatiran terhadap kesehatan para peserta mogok makan tetap tinggi, karena sebagian menolak perawatan medis.

Pembajakan yang dilakukan Israel terhadap kapal-kapal Global Sumud Flotilla terjadi pada Rabu (1/10), menahan lebih dari 470 aktivis dari 50 negara. Armada ini merupakan upaya damai untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza sekaligus menantang blokade Israel yang sudah berlangsung hampir 18 tahun, blokade yang memperparah penderitaan warga sipil di tengah krisis kemanusiaan yang terus memburuk.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here