Hampir dua tahun berlalu sejak dunia kehilangan jejak dua jurnalis Palestina, Haitham Abdul Wahid dan Nidal Al-Wahidi. Keduanya menghilang hanya beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan pertamanya ke Jalur Gaza. Hingga kini, tak ada kabar tentang nasib mereka.

Kini, di tengah gencatan senjata yang baru diumumkan, dua keluarga itu masih menunggu dengan cemas. Mereka menatap setiap potongan berita, setiap desas-desus, berharap ada tanda kehidupan dari orang-orang tercinta yang hilang di antara reruntuhan dan kabut perang. Namun sampai hari ini, tak satu pun pihak memberikan jawaban pasti tentang di mana mereka berada, atau apa yang sebenarnya terjadi pada keduanya.

Harapan sempat muncul ketika Shadi Abu Sido, seorang jurnalis yang baru dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan terakhir, memberikan kesaksian penting. Ia mengaku memperoleh informasi selama masa penahanannya bahwa Nidal Al-Wahidi ditahan di penjara-penjara Israel.

Kesaksian Abu Sido menjadi petunjuk pertama yang konkret tentang keberadaan Al-Wahidi sejak ia menghilang dua tahun lalu. Meski demikian, misteri yang menyelimuti Abdul Wahid masih belum terpecahkan.

Sejak serangan besar Israel terhadap Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, serangan terhadap jurnalis terus berlanjut tanpa henti. Menurut data dari Kantor Media Pemerintah di Gaza, hingga kini sebanyak 255 jurnalis telah gugur (syahid) akibat pemboman dan penembakan yang menargetkan pekerja media.

Di tengah angka-angka itu, nama Haitham dan Nidal tetap menggantung di udara, simbol dari kebisuan yang menelan suara kebenaran di Gaza.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here