Spirit of Aqsa, Palestina- Sejak awal pembantaian di Jalur Gaza, Tentara teroris Israel berusaha mengusir mengusir dan mengungsikan warga sipil di Jalur Gaza utara secara paksa ke Jalur Gaza selatan.

Para murabith yang terpaksa mengungsi harus menghadapi kenyataan pahit dan kondisi yang tak bisa diungkapkan lewat baris-baris kalimat. Hal itu lumrah terjadi saat harus melewati hari-hari di bawah tenda pengungsian setelah hidup dengan aman di rumah sebelum pembantaian terjadi.

“Betapa mengerikannya namamu menjadi pengungsi di negerimu sendiri,” tulis wanita Palestina muda, Nour Ashour, di laman media sosial. Dia menggunakan media sosial untuk menceritakan hari-hari kelam bersama ribuan pengungsi di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan.

Impian terbesar Nour sekarang adalah kembali ke rumah dan melihat orang-orang yang biasa dia lihat, “Aku ingin pulang. Aku ingin melihat tetangga kita.”

Melalui akun media sosialnya, Nour berusaha untuk menggambarkan realitas pahit yang dihadapi oleh warga yang mengungsi dari Kota Gaza dan wilayah utara ke wilayah selatan Gaza dalam kondisi kehidupan yang sangat sulit, akibat serangan Israel yang berlanjut selama 110 hari terakhir. Dia melakukannya dengan menceritakan kisah-kisah penderitaan orang-orang yang pertama kali dia temui di tempat pengungsian.

Sumber: Al Jazeera + Media Sosial.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here