Spirit of Aqsa, Palestina- Blokade yang dilakukan oleh penjajah Israel di Gaza telah menimbulkan berbagai kesulitan dan kerugian. Warga Gaza menderita di berbagai sektor kehidupan.

Penjajah Israel memberlakukan tindakan blokade pada Juni 2007, ketika para pejuang gerakan Islam Hamas menguasai daerah kantong yang berpenduduk padat itu. Penjajah Israel, dan Mesir, terus membatasi arus orang dan barang masuk-keluar.

Berbagai krisis dialami warga Gaza akibat blokade tersebut. Di antaranya:

  1. Sektor Ekonomi

Sektor ekonomi dan produksi menghadapi krisis yang kompleks karena Israel membatasi ekspor dan impor. Ratusan pabrik tutup dan ribuan pekerja diPHK karena kekurangan bahan baku akibat krisis bahan bakar dan listrik yang sedang terjadi.

  1. Sektor Listrik

Krisis listrik terus berlanjut. Warga Gaza hanya mendapatkan jatah listrik paling lama 12 Jm per hari. Satu-satunya sumber listrik adalah melalui bahan bakar yang diterima dari Persimpangan Kerem Shalom, yang kadang-kadang ditutup oleh penjajah Israel.

  1. Sektor Kesehatan

Selama bertahun-tahun blokade, Jalur Gaza mengalami kekurangan obat-obatan penting dan peralatan medis dasar, serta terjadi penurunan angka dan kualitas pelayanan kesehatan.

Situasi kesehatan Gaza juga diperburuk oleh kurangnya bahan bakar untuk mengoperasikan generatot rumah sakit. Pelayanan kesehatan oleh UNWRA juga mengalami penurunan karena rendahnya kompetensi medis di luar negeri yang juga mempengaruhi sektor kesehatan di Gaza.

  1. Sektor Perikanan

Karena blokade dan agresi berulang Israel terhadap nelayan, jumlah nelayan di Gaza berkurang 64%. Penjajah membatasi wilayah penangkapan ikan berkisar antara 2-6 mil (maksimal 12 mil saja). Mereka juga mencegah impor alat penangkapan ikan untuk Gaza.

Selain itu, blokade juga memberi dampak buruk terhadap pendidikan dan kualitas hidup warga Gaza. Politisi Palestina, Abed al Latif al Qanoaa, menyebut blokade terhadap Gaza sebagai aib bagi wajah dunia.

“Blokade terhadap Gaza selama 16 tahun adalah kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina. Ini adalah aib bagi wajah dunia yang bekerja dengan standar ganda dalam masalah internasional. Rakyat Palestina tidak akan menerima rencana diteruskannya blokade ini,” ucap Abed dalam webinar yang digelar Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here