Gaza – Hilangnya kontak dengan tahanan Israel-Amerika, Aidan Alexander, melempar batu besar ke permukaan negosiasi yang mandek antara pejuang Palestina dan Israel. Sejumlah analis memperkirakan, jika Alexander dipastikan tewas, Presiden AS Donald Trump kemungkinan besar akan kehilangan kesabaran dan mendesak dihentikannya perang.

Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, pada Selasa (15/4) mengumumkan bahwa pihaknya kehilangan kontak dengan para penjaga Aidan Alexander usai lokasi mereka dihantam serangan udara pasukan Israel.

Menurut Abu Ubaida, Brigade Al-Qassam masih berupaya menghubungi pihak yang menangani Alexander. Ia menuding Tel Aviv sengaja menargetkan para tahanan berkewarganegaraan ganda demi menghapus tekanan terkait isu sandera.

Mantan kepala kampanye Trump di negara bagian Delaware, Rob Arlett, menilai perkembangan ini bisa mendorong Trump untuk segera mendesak kedua pihak mengakhiri perang dan mencapai kesepakatan yang dapat diterima bersama.

Trump Bisa Kehilangan Kesabaran

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Arlett mengatakan bahwa tewasnya warga negara AS dapat memicu kemarahan Trump yang “pada akhirnya ingin membangun perdamaian.”

Jika terbukti Alexander tewas akibat serangan Israel, Arlett menyebut hal itu bisa berdampak buruk terhadap hubungan Trump dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Meski belum bisa dipastikan bagaimana respons Trump terhadap Netanyahu ke depan, Arlett meyakini situasi ini akan meninggalkan kesan negatif. Trump, menurutnya, akan menuntut transparansi dan akuntabilitas.

Ia menegaskan bahwa kabar gugurnya Alexander tidak akan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.

Diduga Sudah Tewas

Sementara itu, peneliti politik Said Ziyad menduga kuat bahwa Aidan Alexander telah gugur. Ia mengacu pada pola sebelumnya di mana hilangnya kontak dengan penjaga tahanan kerap menjadi pertanda bahwa mereka telah gugur dalam serangan Israel, seperti yang terjadi pada Haim Peri dan Amir Kup.

Ziyad mengungkapkan bahwa Hamas sebenarnya telah menyetujui pembebasan Alexander beberapa pekan lalu dalam negosiasi langsung dengan Amerika Serikat. Namun, kesepakatan tersebut gagal setelah Israel diduga menggagalkannya dengan sengaja.

Tudingan Pembunuhan TerencanaZiyad menuding Israel secara sistematis membunuh para tahanan berkewarganegaraan ganda demi menghindari tekanan negosiasi.

“Mereka tidak bernegosiasi dengan pihak yang tahu posisi tahanan. Mereka memilih untuk membunuhnya,” katanya.

Ia juga mengingatkan pernyataan Netanyahu di awal perang yang menyebut seluruh 250 tahanan akan dianggap gugur.

Menurut Ziyad, Netanyahu memanfaatkan isu tahanan sebagai dalih memperpanjang perang dan melumpuhkan warga Palestina. Ia menambahkan bahwa rencana pendudukan ulang Gaza tak akan muncul jika bukan karena serangan 7 Oktober 2023.

Tekanan Bertambah ke Netanyahu

Meski begitu, analis urusan Israel, Ihab Jabareen, berpendapat bahwa kabar hilangnya Alexander justru bisa menambah tekanan dari publik Israel, terutama bila kematiannya dikonfirmasi.

Menurut Jabareen, gugurnya Alexander akan memperkuat keyakinan publik bahwa pemerintah Netanyahu tidak belajar dari kesalahan masa lalu, seperti dalam kasus prajurit yang juga menjadi tahanan, Hadar Goldin, lebih dari satu dekade lalu.

Situasi ini diprediksi memperberat posisi Netanyahu yang dua hari terakhir menghadapi kebuntuan dalam proses negosiasi. Jabareen juga menilai Netanyahu berisiko dituduh gagal oleh kubu sayap kanan ekstrem.

Bersamaan dengan pengumuman hilangnya Alexander, Brigade Al-Qassam merilis pesan video kepada keluarga para tahanan Israel, “Bersiaplah, sebentar lagi anak-anak kalian akan pulang dalam peti jenazah berwarna hitam.”

Mereka menambahkan, “Pemimpin kalian telah menandatangani keputusan eksekusi tahanan, siapkan tempat pemakaman mereka.”

Sabtu lalu, Al-Qassam menayangkan video yang menampilkan Alexander meminta bantuan kepada Presiden Donald Trump untuk turun tangan membebaskannya. Ia menuding Netanyahu telah meninggalkan para tahanan.

Itu merupakan video kedua Alexander setelah rekaman pada 30 November 2024, di mana ia menyatakan tak ingin bernasib sama seperti warga AS lainnya, Hersh Goldberg-Polin, yang diumumkan gugur akibat serangan Israel.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here