Ia adalah seorang ulama yang tak pernah berhenti untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk mengusir penjajah Israel dari tanah milik kaum Muslim.
‘’Tanah Palestina adalah wakaf milik umat Islam. Tak ada seorang pun yang boleh membiarkannya lepas, walaupun hanya sejengkal.’’ Seruan yang memompa semangat umat Islam untuk melindungi Palestina dari gangguan Zionis Israel itu diungkapkan seorang pejuang Islam terkemuka bernama Syekh Ahmad Yasin.
Syekh Ahmad Yasin adalah pejuang Islam sejati. Meski seluruh tubuhnya mengalami kelumpuhan akibat sebuah kecelakaan saat berolahraga, semangat juangnya untuk membela Islam dan Palestina, sebagai kota suci ketiga bagi umat Islam, sungguh amat luar biasa. Di tengah keterbatasan fisik, ia justru mampu mendirikan sebuah organisasi perjuangan dan politik bagi rakyat Palestina bernama Hamas.
Ia adalah seorang ulama yang tak pernah berhenti untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk mengusir penjajah Israel dari tanah milik kaum Muslim. ‘’Setelah negara Arab mengalami kekalahan dari pasukan Israel pada 1967, Syekh Ahmad Yasin dalam setiap ceramahnya selalu mengajak umat Islam agar bersatu untuk mengusir Israel dari Palestina,’’ ujar Syekh Muhammad Said Mursi dalam Tokoh-tokoh Islam Sepanjang Sejarah.
Semangat perjuangan dan jihad fi sabilillah yang digelorakannya memberi pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan rakyat Palestina untuk merebut haknya dari cengkraman Israel. Lewat organisasi dan gerakan Hamas yang didirikannya, Syekh Ahmad Yasin mampu mendirikan sejumlah lembaga penting di Tanah Palestina.
Menurut Syekh Said Mursi, Hamas yang didirikan Syekh Ahmad Yasin disambut dukungan umat Islam di Palestina, khususnya di kawasan Gaza. Betapa tidak. Hamas yang dituding pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai gerakan teroris, justru kehadirannya memberi berkah bagi warga Palestina.
Hamas telah mendirikan rumah sakit, membangun sistem pendidikan lewat sekolah-sekolah yang didirikannya, mendirikan lembaga zakat, lembaga perdamaian untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antarwarga, serta lembaga sosial lainnya. Sebagai seorang pejuang Islam yang tangguh, Syekh Ahmad Yasin tak pernah mengenal istilah takut.
Ia berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela agama Allah SWT. Pada 1983, Syekh Ahmad Yasin ditangkap pasukan Israel. Ia dijebloskan ke dalam jeruji besi dengan tuduhan kepemilikan senjata ilegal. Sebuah fitnah dan tuduhan yang mengada-ada. Selain itu, ia juga dituding menghasut masyarakat untuk mengusir Yahudi.
Tak cukup dengan dua sangkaan itu, Syekh Ahmad Yasin pun dijebloskan ke penjara karena jabatannya sebagai pemimpin Hamas. Tak tanggung-tanggung, Syekh Ahmad Yasin pun dihukum penjara oleh Israel selama 13 tahun. Untunglah, berkat pertolongan Allah SWT, ia dibebaskan pada 1985 dalam sebuah pertukaran tawanan antara Israel dengan Organisasi Pembebasan Rakyat Palestina (PLO).
Empat tahun kemudian, Zionis Israel kembali memenjarakan Syekh Ahmad Yasin. Selama berada dalam penjara, ia kerap diperlakukan secara sangat keji. Meski dalam keadaan lumpuh, tentara Israel selalu menyiksanya. Semua siksaan keji itu diterimanya dengan penuh ketabahan.
‘’Syek Ahmad Yasin rela mengalami semua siksaan dan penderitaan itu, demi membela agama Islam, dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari cengkeraman penjajah Israel,’’ papar Syekh Said Mursi. Pada 1991, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer Israel.
Enam tahun kemudian, Syekh Ahmad Yasin dibebaskan dari penjara. Ia dibebaskan dalam sebuah pertukaran tahanan antara pemerintah Israel dengan kelompok Hamas. Israel membebaskannya dari hukuman seumur hidup, dengan syarat Hamas membebaskan dua anggota Mosad yang berupaya membunuh tokoh Hamas di Yordania, Halid Masy’al.
Begitu tiba di jalur Gaza, umat Islam menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita. Ia tak hanya menjadi pahlawan bagi rakyat Palestina, tapi pahlawan bagi agamanya. Syekh Ahmad Yasin juga dikenal sebagai sosok yang tegas. Ia tak mau berkompromi dengan ketidakadilan.
Demi membela tanah suci ketiga bagi umat Islam, ia dengan berani menolak semua kesepakatan dan perundingan damai antara Israel dan Palestina. Syekh Ahmad Yasin hafal benar bahwa perundingan damai itu hanya akan merugikan umat Islam dan rakyat Palestina.
Keberanian dan ketokohannya membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) – sekutu Israel – takut. AS pun menyebut dan mengelompokkan Hamas yang dipimpin Syekh Ahmad Yasin sebagai kelompok teroris. ‘’Amerika menganggap perjuangan Hamas di Palestina melawan penjajah Israel sebagai sebuah kejahatan,’’ papar Syekh Said Mursi dalam bukunya.
Tak heran, kata Syekh Said Mursi, pemerintah AS pun meminta kepada pemerintah Israel untuk menghancurkan kelompok Hamas dengan cara apapun. Israel pun berulang kali melakukan usaha pembunuhan terhadap Syekh Ahmad Yasin. Pada 6 September 2003, pesawat tempur Israel membombardir rumah kediaman ulama pejuang Islam itu.
Serangan udara itu tak mampu membunuh Syekh Ahmad Yasin. Ia lolos dari upaya pembunuhan itu. Upaya dan usaha untuk membunuh sang tokoh Muslim itu terus dilakukan Israel. Hingga akhirnya, pada 22 Maret 2004, tentara Zionis Israel membunuh Syekh Ahmad Yasin dengan cara yang sangat sadis dan keji.
Hari itu, Syekh Ahmad Yasin baru saja selesai shalat Subuh di Masjid Al-Mujama’ Al-Islami yang didirikannya di Kota Gaza. Ketika keluar dari masjid, pasukan Israel melepaskan tiga roket. Salah satunya, mengenai tubuh sang mujahid. Ia pun gugur sebagai syuhada, bersama sembilan orang Palestina
Dunia pun beramai-ramai mengecam aksi brutal dan sadis yang dilakukan pasukan Zionis Israel itu. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Kofi Annan, mengutuk keras pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap tokoh Hamas itu.
Pada saat itu, Komisi HAM PBB sempat mengeluarkan sebuah resolusi yang mengutuk aksi biadab Israel itu. Sebanyak 31 negara mendukung resolusi Komisi HAM PBB itu, salah satunya Indonesia. Hanya dua negara yang menolak resolusi itu dan 18 negara lainnya memilih abstain.
Rakyat Palestina pun berduka selama tiga hari. Hingga kini, semangat perjuangan dan jasa Syekh Ahmad Yasin masih tetap dikenang. Semangat perjuangannya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel tetap mengalir dalam darah dan jiwa anak-anak muda di Jalur Gaza.
(Republika)