Spirit of Aqsa, Palestina – Jagad maya dihebohkan dengan langkah Presiden Turki, Recep Tayyib Erdoga, mengangkat seorang wanita berdarah Palestina saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, di sela-sela KTT NATO di Brussels, Belgia, Senin (15/6).
Wanita tersebut adalah Fatima Qawuqji. Dia merupakan wanita berdarah Palestina yang konsen di bidang hubungan internasional. Selain itu, dia merupakan putri dari Marwa Qawuqji, wanita pertama yang mengenakan hijab di parlemen Turki.
Pada 1990-an, Marwa Qawuqji pernah dikeluarkan dari Parlemen Turki karena istiqomah tak mau melepas hijab. Sebagaimana diketahui, Turki pada tahun itu masih menerapkan pemerintahan sekuler. Presiden Turki kala itu, Suleyman Demirel, mencabut kewarganegaraannya. Namun Marwa mendapat pembelaan dari Inter-Parliamentary Union bahwa tidak boleh bahkan ilegal mencabut kewarganegaraan anggota Parlemen.
Akibat perlakuan diskriminatif itu, Marwa terpaksa merantau ke Amerika Serikat. Namun ia kembali ke Turki saat Partai Keadilan dan Pembangunan (AK PARTi) mengambil alih pemerintahan. Ia kembali mendapatkan kewarganegaraanya dan saat ini ia menjadi duta besar Turki untuk Malaysia.
Maka tak heran jika Erdogan memilih putri Marwa, Fatima, sebagai penerjemah. Saat mengomentari pilihan tersebut, Dr. Nawaf Falah Al-Abisan mengatakan melalui akun Twitter-nya, Erdogan telah memuliakan Marwa dan putrinya atas kosistensi mereka dalam mempertahankan hijab.
“Mantan Presiden Turki sekuler Bulent Ajavit mengusir anggota parlemen Marwa Kavkaji dari parlemen karena dia berhijab. Dia memuliakan hijab dan mengangkat Marwa sebagai Dubes Turki untuk Malaysia. Ketika Erdogan bertemu dengan presiden AS, dia memilih Fatima Qawuqji, putri Marwa, untuk duduk bersamanya di meja Biden sebagai penerjemah. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan pada Erdogan,” ucapnya.
Langkah Erdogan juga mendapat komentar Magda dari Aljazair, dia mengatakan, “Presiden Erdogan mengembalikan rasa hormat kepada wanita. Ibunya, Marwa Qawuqji, dikeluarkan dari Parlemen, karena jilbabnya, tetapi Presiden Erdogan mengangkatnya sebagai duta besar. Hari ini, dia memuliakannya. Erdogan mendudukkan putrinya, Fatima, di sebelahnya dalam pertemuan dengan Presiden AS, Biden,”
Fahd Al-Shahrani dari Qatar mengatakan, “Penerjemah dipilih oleh Presiden Erdogan, berjilbab, dalam pertemuannya dengan Biden. Sebuah pesan kepada Biden liberal Amerika bahwa Turki telah memulihkan identitas Islamnya. Hari ini, wanita berhijab masuk era Erdogan di eselon tertinggi negara.”
Dalam pertemuan itu, Erdogan menyebut pertemuan tatap muka pertamanya setelah Biden menjabat itu cukup sukses. “Kami percaya tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam hubungan Turki-AS,” kata Erdogan.
Hubungan dua sekutu NATO itu memburuk setelah Turki membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. AS dan negara-negara anggota NATO khawatir sistem radar dalam S-400 dapat melacak jet tempur F-35 sehingga nantinya akan sulit menghindari senjata Rusia. Erdogan mengumumkan tidak ada kemajuan dalam sengketa S-400.
Tahu lalu Washington memberlakukan sanksi pada badan pengadaan militer Turki atas pembelian itu. Akuisisi atas sistem pertahanan udara S-400 Rusia juga memaksa AS menghapus Turki dari program pembelian jet tempur F-35. “Mengenai masalah S-400, saya memberi tahu (Biden) tentang hal yang sama,” kata Erdogan.
Dalam kesempatan itu Erdogan juga menyinggung kembali penghapusan Turki dalam pembelian F-35. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Turki masih berupaya membeli jet tempur itu.
“Saya mengangkat masalah F-35,” kata Erdogan. “Saya memberi tahu dia langkah bersama apa yang bisa kita ambil di industri pertahanan.” Turki dilaporkan telah merekrut kantor advokat internasional untuk membantu membujuk Amerika Serikat mau kembali menjual jet tempur F-35.