Video terbaru yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, memperlihatkan proses penggalian jenazah tawanan Israel di Gaza. Namun lebih dari sekadar dokumentasi, video itu menjadi bukti terbuka pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata yang disepakati di Kairo bulan lalu dengan pengawasan internasional.

Menurut Ibrahim Al-Madhoun, Direktur Lembaga Media Palestina, tayangan tersebut membawa banyak pesan strategis. Salah satunya, mengungkap bagaimana pengawasan intensif Israel terhadap Gaza justru menghambat pelaksanaan tahap pertama kesepakatan dan mencegah dimulainya tahap berikutnya.

“Video itu bukan hanya soal jenazah. Ia adalah bentuk perlawanan dalam medan informasi dan intelijen,” kata Al-Madhoun dalam wawancara dengan Al Jazeera.

Narasi yang dibangun Israel selama ini menggambarkan bahwa Hamas menunda-nunda penyerahan jenazah tawanan. Namun, menurut Al-Madhoun, realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya: Israel sendiri yang masih melakukan pelanggaran lewat serangan terbatas dan operasi pengintaian yang melanggar wilayah udara Gaza, semuanya di tengah masa gencatan senjata.

Video tersebut juga memperlihatkan paradoks besar: teknologi militer dan intelijen Israel yang serba canggih gagal menemukan jenazah warganya sendiri, sementara pihak perlawanan justru mampu menembus sistem pengawasan Israel dan menunjukkan keunggulan dalam “pertempuran akal.”

Namun yang paling mengkhawatirkan, kata Al-Madhoun, adalah fakta bahwa Israel menggunakan operasi pengawasan itu untuk memperbarui daftar target serangannya.

“Mereka memantau wilayah-wilayah tertentu, lalu menjadikannya sasaran bombardir,” ujarnya.

Dengan kata lain, Israel tidak berniat sungguh-sungguh melaksanakan gencatan senjata secara penuh. Serangan udara dan drone pengintai menjadi bukti bahwa Tel Aviv justru berusaha menunda tahapan kesepakatan, dan menggagalkan upaya pertukaran jenazah serta rekonstruksi Gaza.

Al-Madhoun juga menegaskan bahwa video itu menempatkan tanggung jawab moral pada para mediator internasional, agar segera menghentikan aktivitas militer Israel.

“Tapi Israel kini lebih mengandalkan logika kekuatan ketimbang kekuatan logika,” katanya.

Sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan pada Oktober lalu, Hamas telah menyerahkan 20 tawanan Israel yang masih hidup serta 19 jenazah lainnya. Namun, kelompok tersebut menegaskan bahwa pencarian jenazah lain “memerlukan waktu” karena skala kehancuran di Gaza sangat luas.

Menurut data Kantor Media Pemerintah Gaza, sekitar 9.500 warga Palestina masih hilang di bawah reruntuhan, dari total lebih dari 68 ribu korban syahid akibat perang dua tahun terakhir, mayoritas perempuan dan anak-anak. Lebih dari 170 ribu orang luka-luka, dan 90 persen infrastruktur sipil hancur total.

Video Al-Qassam itu, pada akhirnya, bukan hanya potongan gambar perang. Ia adalah rekaman tentang siapa yang sungguh menghormati kesepakatan, dan siapa yang menodainya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here