Meski tembakan mereda dan gencatan senjata telah berlaku, Gaza masih terperangkap dalam krisis kemanusiaan yang kian parah. Air bersih semakin langka, layanan kesehatan kolaps, dan puing-puing bangunan masih menimbun jasad Syuhada di bawah reruntuhan rumah.

Pertahanan sipil Gaza menegaskan, sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober 2023, tidak ada perubahan berarti di lapangan. Hanya segelintir truk bantuan yang masuk, jumlahnya bahkan tak mampu menutupi kebutuhan dasar warga yang kehilangan segalanya. Rumah-rumah hancur, jalan-jalan tertutup puing, dan petugas penyelamat bekerja dengan peralatan seadanya di tengah lautan kehancuran.

Seruan untuk Dunia

Dalam pernyataannya, Pertahanan Sipil Gaza menyerukan kepada dunia internasional agar segera mengirimkan bantuan rekonstruksi dan mengizinkan masuknya alat berat untuk mengangkat puing-puing serta mengevakuasi korban. Larangan Israel atas masuknya peralatan tersebut, kata mereka, memperburuk krisis kemanusiaan dan membuat ribuan keluarga hidup dalam kondisi tak layak.

“Ini bukan sekadar bencana, tapi kehancuran total,” tegas mereka, menekankan bahwa intervensi global kini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan moral yang mendesak.

Gaza Tanpa Bahan Bangunan

Sementara itu, Pemerintah Kota Gaza juga meminta lembaga kemanusiaan internasional segera bergerak menyediakan kebutuhan mendasar. Sejak gencatan senjata, tidak satu pun bahan bangunan, alat berat, atau suku cadang vital yang masuk ke kota.

Kebutuhan paling mendesak mencakup bahan bangunan, truk pengangkut sampah, alat penggali puing, suku cadang kendaraan dan generator, serta pipa air dan saluran limbah.

Krisis Air yang Mengancam Hidup

Kekeringan pun meluas. Lebih dari 80 persen warga Gaza kini kekurangan air minum layak. Pemerintah kota melaporkan, Israel telah menghancurkan 56 sumur utama dan merusak hampir seluruh jaringan air dan sanitasi. Otoritas Air Palestina memperkirakan kerugian di sektor ini telah melampaui 1,5 miliar dolar AS, dengan 90 persen infrastruktur air dan limbah hancur total.

Bantuan Masih Terbatas

Israel hari ini hanya mengizinkan masuk sebagian kecil truk bantuan dan kargo komersial melalui Karam Abu Salem dan Keseufim. Jumlahnya jauh di bawah kesepakatan yang menjanjikan 600 truk per hari. Sementara itu, pos lintas Zikim di utara Gaza (jalur utama distribusi bantuan untuk wilayah Gaza City dan utara) masih ditutup rapat oleh militer Israel.

Kantor pemerintahan Gaza pada 16 Oktober lalu telah menetapkan wilayah itu sebagai “zona bencana lingkungan dan struktural”. Sekitar 70 juta ton puing dan hampir 20 ribu bom yang belum meledak kini tersebar di antara reruntuhan, menjadi ancaman permanen bagi mereka yang selamat.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here