Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan bahwa delegasi resminya yang dipimpin Khalil al-Hayya telah tiba di Kairo, Mesir, pada Ahad (19/10). Kunjungan ini bertujuan membahas mekanisme implementasi perjanjian gencatan senjata dengan Israel bersama para mediator, termasuk Mesir dan Qatar.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menegaskan komitmennya menjalankan seluruh butir perjanjian “secara penuh, teliti, dan bertanggung jawab”, meski Israel disebut terus melakukan pelanggaran gencatan senjata di lapangan.
Kunjungan delegasi Hamas ini berlangsung di tengah intensifikasi pelanggaran Israel, termasuk serangan udara yang dilakukan sejak Ahad pagi ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza. Menurut sumber medis Palestina, setidaknya 35 warga Palestina gugur (syahid) dan puluhan lainnya luka-luka akibat rentetan serangan udara dan artileri Israel.
Hamas: Israel Langgar Protokol Kemanusiaan dan Tahan Bantuan Pangan
Hamas sebelumnya menuding militer Israel masih mempertahankan “kendali tembakan” di sepanjang garis penarikan sementara, yang dikenal sebagai “garis kuning”, sehingga membahayakan pergerakan warga sipil dan tim medis.
Dalam pernyataannya, Hamas juga mengecam Israel karena:
Menghalangi masuknya bahan makanan dan bantuan kemanusiaan penting ke wilayah Gaza.
Menunda secara sengaja pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dalam tahanan.
Tidak memberikan data resmi para tahanan dan jenazah warga Palestina yang masih ditahan Israel.
Israel Klaim “Balas Serangan”, Hamas Tegaskan Komitmen Gencatan Senjata
Militer Israel dalam pernyataannya menuduh Hamas melanggar gencatan senjata lebih dulu dan mengklaim bahwa pejuang Palestina menyerang kendaraan militer Israel di Rafah. Sebagai respons, Israel mengaku menggempur puluhan target di berbagai wilayah Gaza.
Namun Hamas menolak klaim tersebut dan menyatakan:
“Kami tidak melakukan pelanggaran apa pun. Kami mematuhi perjanjian gencatan senjata dengan penuh tanggung jawab. Israel lah yang terus melanggarnya sejak hari pertama.”
Gencatan Senjata Mengacu pada Rencana Trump
Perjanjian gencatan senjata saat ini merupakan bagian dari rencana politik yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mencakup beberapa poin utama:
- Penghentian agresi militer Israel di Gaza
- Pertukaran tahanan kedua belah pihak
- Percepatan masuk bantuan kemanusiaan
- Pembahasan pengaturan keamanan pascaperang
- Upaya pelucutan senjata Hamas (poin yang ditolak oleh Hamas)
Gencatan senjata ini mengakhiri fase perang pembantaian yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023 dengan dukungan penuh Amerika Serikat. Perang tersebut menewaskan 68.159 warga Palestina dan melukai 170.203 orang lainnya, mayoritas anak-anak dan perempuan, serta menghancurkan 90 persen infrastruktur sipil Gaza.