Tindakan Israel menghadang kapal-kapal yang tergabung dalam Armada Sumud di perairan internasional kembali menegaskan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Kapal-kapal yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza diserbu meski berada di luar wilayah yurisdiksi Israel, sebuah langkah yang sebelumnya sudah diperingatkan oleh Uni Eropa agar tidak dilakukan.

Menurut laporan koresponden Al Jazeera, kapal perang Israel memaksa armada mengalihkan jalur ke Pelabuhan Ashdod, di mana 500 tentara telah disiagakan untuk menghadapi para aktivis. Bahkan, foto seorang prajurit wanita yang mengarahkan peringatan keras ke armada dipublikasikan oleh militer Israel sebagai simbol intimidasi.

Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, mengecam langkah itu sebagai serangan atas kedaulatan negara-negara peserta dan pelanggaran hukum internasional. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez menegaskan warganya di kapal dilindungi secara diplomatik.

Armada sendiri telah menembus 90 mil laut dari Gaza, titik paling berbahaya sebelum akhirnya dihadang.

Koresponden Al Jazeera, Hassan Masoud, melaporkan bahwa kapal utama Alma (yang dipimpin jurnalis Younes Ait Yassin) menjadi target pertama. Kapal Sirius dengan jurnalis Haya al-Yamani serta kapal Adara yang membawa tokoh publik dari Inggris, AS, dan Selandia Baru, juga diserbu.

Meski demikian, puluhan kapal lain masih melanjutkan pelayaran menuju Gaza, bersikeras menerobos ancaman penangkapan dan perampasan.

Masoud menegaskan bahwa bukti-bukti pelanggaran akan dibawa ke Mahkamah Internasional, memperkuat gugatan yang sudah diajukan Afrika Selatan di Pengadilan Kriminal Internasional. Hingga 45 kapal dilaporkan tetap berlayar mendekati titik bentrokan, hanya berjarak 74 mil dari Gaza.

Para peserta sepakat melanjutkan misi kemanusiaan, bahkan jika sebagian kapal ditahan atau disita.

Sebelum serangan, para peserta telah menolak tawaran Israel untuk dievakuasi dengan kapal besar ke tempat aman. Mereka memilih tetap melanjutkan pelayaran, meski Alma sempat memperingatkan adanya ranjau laut dan kapal-kapal tak dikenal yang mengintai dari dekat. Sesaat sebelum komunikasi terputus, Younes Ait Yassin menegaskan bahwa Israel tidak punya otoritas hukum, dan armada akan tetap berlayar hingga Gaza.

Para analis menyebut tindakan ini hanya akan semakin memperburuk citra Israel. Mustafa Barghouti menilai, langkah menyerang armada di luar perairan teritorial Israel adalah pelanggaran nyata hukum internasional.

Akademisi Ziad Majed menambahkan, keberagaman peserta dari berbagai negara, termasuk anggota parlemen Eropa, memberi legitimasi moral yang kuat dan memicu gelombang opini publik di Barat yang kian kritis terhadap Israel.

Kendati begitu, Israel tetap mempertahankan blokade dengan dalih keamanan, sementara opini internasional melihatnya sebagai isolasi yang tidak sah dan semakin menyeret Tel Aviv ke dalam stigma global: negara yang membajak solidaritas kemanusiaan di laut lepas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here