Reporter Al Jazeera melaporkan Rabu dinihari (24/9), terdengar ledakan dekat salah satu kapal Global Sumud Flotilla di Laut Tengah (Laut Mediterania), setelah 15 drone terbang di atas beberapa kapal flotilla yang menuju Gaza untuk menembus blokade Israel yang terus berlangsung terhadap wilayah Palestina.
Sebelumnya, reporter Al Jazeera di atas salah satu kapal flotilla melaporkan sebuah drone menjatuhkan bahan berbau mesiu di atas salah satu kapal, tanpa menimbulkan korban.
Ini bukan pertama kalinya drone terbang di atas kapal flotilla. Dua hari lalu, drone pengintai kembali terlihat di beberapa kapal flotilla yang berusaha menembus blokade Gaza, yang menghadapi pembantaian oleh Israel selama hampir dua tahun.
Sebelumnya, flotilla juga dilaporkan diserang drone pada 8 dan 9 bulan ini di Laut Tengah, tanpa kerusakan materiil atau korban jiwa.
Dua hari lalu, Israel mengancam Global Sumud Flotilla agar tidak memasuki yang disebutnya “zona pertempuran aktif” dan melanggar blokade laut atas Gaza.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan Senin lalu bahwa Tel Aviv tidak akan mengizinkan kapal masuk zona pertempuran aktif dan tidak akan membiarkan pelanggaran blokade laut “yang sah”, menuduh Hamas menggunakan flotilla untuk kepentingannya. Pernyataan itu menambahkan kapal dapat bersandar di pelabuhan Ashkelon untuk penyaluran bantuan ke Gaza.
Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari pekerja kemanusiaan, dokter, seniman, dan aktivis dari 44 negara, sebelumnya berlayar dari Tunisia setelah beberapa kali penundaan. Flotilla bertujuan membuka jalur kemanusiaan ke Gaza dan menembus blokade yang telah berlangsung lebih dari 23 bulan.
Para penyelenggara flotilla menegaskan hak mereka untuk menyalurkan bantuan ke Gaza dan melindungi para relawan sesuai prinsip hukum internasional dan perdamaian.
Israel sebelumnya mencegah dua upaya relawan mencapai Gaza melalui laut pada Juni dan Juli lalu. Peluncuran flotilla sempat tertunda berulang kali karena kekhawatiran keamanan, persiapan kapal, dan kondisi cuaca.
Flotilla terbesar ini berangkat dari Barcelona pada akhir Agustus, diikuti oleh konvoi dari Genoa pada 1 September. Pada 7 September, kapal dari Spanyol dan Italia mulai tiba di pantai Tunisia, sebelum melanjutkan ke Gaza.
Ini pertama kalinya jumlah kapal sebesar ini berlayar bersama menuju Gaza, yang dihuni sekitar 2,4 juta orang dan diblokade Israel selama 18 tahun, dengan intensifikasi blokade beberapa bulan terakhir.
Israel sebelumnya telah melakukan pembajakan terhadap kapal-kapal yang berlayar sendiri ke Gaza, menahan dan memulangkan para aktivis di atasnya.
Sejak 2 Maret, Israel menutup semua perbatasan ke Gaza, melarang masuknya makanan atau bantuan kemanusiaan, menyebabkan kelaparan meski truk bantuan menumpuk di perbatasan.
Dengan dukungan AS, sejak 7 Oktober 2023 Israel melakukan genosida di Gaza, menewaskan 65.382 orang dan melukai 166.985 lainnya, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Kelaparan menewaskan 442 warga Palestina, termasuk 147 anak-anak.
Sumber: Al Jazeera