Dini hari Selasa, langit Gaza kembali diterangi kobaran api. Pesawat-pesawat tempur Israel menumpahkan rentetan bom ke jantung kota, menghantam permukiman padat dan meninggalkan jejak darah serta reruntuhan. Di tengah kepanikan, ambulans berlomba menembus jalanan hancur, membawa korban yang tak lagi bernyawa dan yang terluka parah.
Sumber medis melaporkan sedikitnya 4 orang syahid dan sejumlah lainnya luka-luka ketika sebuah gedung di Kota Tua Gaza dihantam rudal. Belum reda duka, artileri Israel turut menyapu kawasan timur dan utara kota, sementara tank-tank yang masuk hingga ke Tel al-Hawa menembaki rumah-rumah penduduk. Warga dipaksa berbondong meninggalkan rumah mereka, hanya dengan pakaian di badan.
Ledakan-ledakan yang terekam kamera warga digambarkan sebagai “mengerikan”, pasukan Israel meledakkan blok-blok perumahan dengan kendaraan bermuatan bahan peledak. Semakin jelas, operasi darat bertajuk “Arbaat Gid’on 2” bukan sekadar pertempuran, melainkan upaya penghancuran kota beserta penghuninya.
Kementerian Kesehatan Gaza memastikan, akibat serangan terbaru ini dua rumah sakit utama (Al-Rantisi untuk anak-anak dan RS Mata) dipaksa keluar dari layanan. Hilangnya fasilitas vital ini menambah babak baru dalam tragedi kemanusiaan.
Eksodus yang Tak Pernah Usai
Di sisi lain, Jalan al-Rashid di tepi pantai berubah menjadi arteri pengungsian. Ratusan keluarga berjalan kaki, sebagian dengan gerobak, menuju wilayah tengah dan selatan. Foto-foto memperlihatkan wajah-wajah lelah, anak-anak terlelap di pangkuan ibu yang tetap berjalan.
Sejak awal pekan, lebih dari 450 ribu orang sudah meninggalkan Gaza City, menurut pertahanan sipil. Namun ratusan ribu lainnya masih bertahan di utara, menolak meninggalkan tanah kelahiran mereka meski disergap ancaman serangan. Bagi banyak keluarga, “mengungsi” berarti “tak akan pernah kembali.”
Biaya pengungsian yang mencapai ribuan dolar juga mustahil dipikul oleh warga Gaza yang sudah lama hidup dalam kepungan kemiskinan. Maka mereka memilih bertahan, di antara puing, darah, dan kemungkinan syahid setiap saat.