Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menegaskan bahwa negaranya tidak pernah menutup perlintasan Rafah untuk bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza. Ia menyebut bahwa perlintasan tersebut telah dihancurkan empat kali selama agresi Israel ke Gaza, dan Mesir terus melakukan perbaikan.
Dalam konferensi pers di Kairo bersama Presiden Vietnam, Luong Quang, pada Selasa ini, Sisi menyebut tuduhan bahwa Mesir ikut serta dalam pengepungan Gaza sebagai “kebangkrutan” dan “omong kosong yang aneh”.
Ia menjelaskan bahwa lebih dari 5.000 truk bantuan saat ini berada di wilayah Mesir dan siap masuk ke Gaza, tetapi pihak Israel masih menguasai sisi perlintasan Rafah yang berada di wilayah Palestina.
Sisi menegaskan bahwa Mesir tidak pernah meninggalkan perannya dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza dan tidak terlibat dalam pengepungan yang berlangsung.
Ia juga menyatakan bahwa sejarah kelak akan mengadili banyak negara atas posisi mereka dalam perang ini, seraya menekankan bahwa yang sedang terjadi adalah genosida sistematis dan upaya untuk menghapuskan isu Palestina.
Sisi mengaku pernah menyerukan kepada dunia, termasuk negara-negara Eropa dan Presiden AS saat itu, Donald Trump, untuk segera menghentikan perang.
Sementara itu, laporan lokal dan internasional menunjukkan bahwa rakyat Gaza kini mengalami kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat blokade Israel dan perang pemusnahan yang didukung penuh Amerika. Kematian akibat kelaparan dan kekeringan terus meningkat. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban yang gugur akibat kelaparan telah mencapai 188 jiwa, termasuk 94 anak-anak.