Kolonel Rukn Nidal Abu Zaid, analis militer, menilai bahwa kerugian besar yang dialami pasukan Israel menjadi alasan utama di balik penghentian mendadak operasi militer di Deir al-Balah, Gaza tengah, hanya dua hari setelah dimulai.
Pernyataan ini menguat setelah sayap militer Hamas (Brigade Al-Qassam) merilis video serangan terhadap tank dan dua kendaraan lapis baja Israel pada Selasa (22/7) di wilayah tenggara Deir al-Balah.
Operasi darat tersebut dimulai Senin (21/7) oleh militer Israel, disertai hujan bom dari pesawat, artileri, dan tank. Sumber medis di Gaza melaporkan adanya pembantaian terhadap warga sipil dalam serangan tersebut.
Namun, perlawanan Palestina berhasil menjebak pasukan Israel di kawasan operasi terbatas yang meliputi Abu Huli, Um Zahir, dan Al-Ja’frawi. Menurut Abu Zaid, perlawanan berhasil menimbulkan kerugian serius terhadap Brigade Ketiga dari Divisi Golan.
“Operasi ini tampak tidak biasa. Tujuan Israel kemungkinan sangat spesifik, didasarkan pada informasi intelijen tertentu,” kata Abu Zaid. Namun, kenyataannya, operasi tersebut justru dihentikan lebih awal, tanpa capaian yang diumumkan secara jelas.
Kepala Staf Israel, Eyal Zamir, mengklaim bahwa operasi telah mencapai tujuannya dan membuka kemungkinan untuk melancarkan operasi susulan. Namun Abu Zaid menilai bahwa penghentian ini lebih disebabkan oleh kerugian besar di lapangan. Jika sebuah unit tempur kehilangan lebih dari 35% kekuatannya, hal itu secara militer berarti tidak lagi mampu melanjutkan misi.
Kehabisan Opsi
Menurut Abu Zaid, klaim Zamir tentang potensi operasi lanjutan mencerminkan keputusasaan Israel terhadap apa yang diyakininya sebagai target penting di Deir al-Balah. Namun kenyataannya, Israel semakin kehabisan opsi militer dan tidak lagi memiliki unit “segar” untuk dikirim ke garis depan.
Militer Israel baru-baru ini menarik kembali Brigade Komando dan Brigade Parasut dari Divisi 98, lalu mengerahkan pasukan dari Divisi 99, yang kini mengalami kerugian besar di front Beit Hanoun–Jabalia, Gaza utara.
Sementara itu, pejuang Palestina menciptakan jebakan geografis (segitiga maut) untuk menjebak dan menguras kekuatan pasukan Israel di wilayah tertentu. Strategi ini menjadikan wilayah Gaza bukan hanya medan perang, tapi juga alat perlawanan itu sendiri.
Selain itu, perlawanan memanfaatkan kondisi cuaca yang familiar bagi mereka. Sebaliknya, pasukan Israel dilaporkan kesulitan beradaptasi dengan kelembapan tinggi dan medan hancur akibat perang, yang justru dimanfaatkan oleh pejuang untuk melancarkan serangan gerilya efektif, sebagaimana terekam dalam video-video terbaru.
Pada Rabu pagi, Brigade Al-Qassam juga mengumumkan telah menewaskan dan melukai 25 tentara Israel dalam rangkaian serangan di wilayah timur Rafah, Gaza selatan. Mereka juga merilis rekaman penghancuran kendaraan lapis baja Israel di kamp Jabalia, Gaza utara.