Di Al-Mawasi, barat Khan Younis, pesawat tempur Israel menjatuhkan bom ke tenda pengungsi dekat Rumah Sakit Kuwait. Lima warga sipil syahid dalam serangan ini, termasuk tiga anak-anak. Beberapa lainnya luka parah, kondisi mereka kritis.

Kekejaman serupa terjadi di Kamp Nuseirat. Rumah milik keluarga Abu Syakiyan hancur dibom, kawasan sekitar Blok C juga terkena dampak. Di Deir al-Balah, sebuah tenda pengungsian di Sekolah Salahuddin juga menjadi sasaran rudal.

Pembantaian Tanpa Akhir di Tengah Kelaparan

Serangan udara dan artileri terus mengguncang Gaza timur, Syujaiyah, serta utara Jabaliya. Rumah-rumah penduduk dihantam secara langsung, menyebabkan kehancuran luas dan jatuhnya korban jiwa, yang hingga kini belum dapat dihitung seluruhnya karena banyaknya jenazah yang belum ditemukan di balik reruntuhan.

Di tengah reruntuhan dan trauma, warga Gaza menghadapi kenyataan pahit: tak ada tempat aman, tak ada tempat untuk pulang. Agresi besar-besaran ini telah menghancurkan infrastruktur, mengusir penduduk secara paksa, dan menyebabkan lumpuh totalnya distribusi bantuan kemanusiaan.

Tepung yang Tak Pernah Sampai

Sejak Senin dini hari, sedikitnya 51 warga Palestina syahid, termasuk 36 orang yang sedang mengantre bantuan makanan. Mereka dibom saat menunggu pembagian tepung dan logistik di berbagai titik.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat: sejak 27 Mei lalu, jumlah korban dari kalangan pencari bantuan telah mencapai 338 syahid dan 2.831 orang luka.

Dunia mungkin bisa memilih diam. Tapi Gaza tak punya pilihan selain bertahan—meski hanya dengan sepotong roti yang tak kunjung datang.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here