Sejumlah media dan situs berita internasional menyoroti meningkatnya tekanan global terhadap Israel akibat bencana kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza, meningkatnya desakan pembubaran Knesset, serta tumbuhnya penolakan dari dalam tubuh militer Israel sendiri terhadap kelanjutan perang.

Harian Prancis “Libération” melaporkan bahwa desakan internasional terhadap Israel semakin kuat agar segera mengakhiri penderitaan rakyat Gaza, yang kini menghadapi kelaparan ekstrem dan kelangkaan pasokan kebutuhan pokok. 

Di tengah krisis ini, sebuah konvoi bantuan yang terdiri dari relawan lintas negara Arab kini tengah bergerak menuju Gaza lewat jalur darat, sebagai upaya lanjutan untuk menembus blokade brutal yang telah melumpuhkan wilayah tersebut. Upaya ini mengikuti jejak inisiatif Freedom Flotilla yang sebelumnya digagalkan secara paksa oleh militer Israel.

Situs “Politico” mengangkat nasib memilukan para jurnalis lokal di Gaza yang tetap bertahan meliput, meski dalam kondisi kelaparan, kelelahan, dan tanpa layanan kesehatan. Mereka bekerja dalam bahaya permanen demi menyampaikan kebenaran dari wilayah yang ditutup rapat bagi jurnalis asing. 

Artikel itu menyoroti ironi tajam: di saat media internasional kerap mengklaim menjunjung nilai-nilai moral dan kemanusiaan, justru jurnalis Gaza yang benar-benar berada di garis depan pembelaan terhadap nilai-nilai tersebut.

“New York Times” menyebut upaya membubarkan parlemen Israel (Knesset) sebagai pukulan politik terbesar sejauh ini bagi pemerintahan Benjamin Netanyahu—yang kini berstatus tersangka oleh Mahkamah Pidana Internasional. 

Meski upaya pembubaran Knesset belum langsung menjatuhkan pemerintahannya, manuver ini dinilai berpotensi membuka jalan menuju pemilu dini yang dapat mengguncang fondasi kekuasaan Netanyahu secara signifikan.

Sementara itu, “The Guardian” mengungkap adanya surat terbuka yang ditandatangani puluhan tentara dan perwira militer Israel yang menolak perintah pemerintah untuk melanjutkan agresi di Gaza. 

Mereka menyebut perintah tersebut sebagai “tidak sah secara hukum” dan bahkan “vonis mati” terhadap para tawanan di Gaza. Surat itu ditujukan langsung kepada Netanyahu, sebagai simbol meningkatnya gelombang perlawanan dari dalam institusi militer Israel sendiri. Salah satu penandatangan dari dinas intelijen menyatakan, “Harapan kami adalah semakin banyak orang yang berani menolak legitimasi perang dan pemerintah ini.”

“Times of Israel” menyoroti situasi yang makin memburuk: kendati militer Israel terus memperkuat cengkeramannya di Gaza, kritik internasional tak henti menggema. Presiden AS Donald Trump disebut mulai kehilangan kesabaran, sementara distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza berubah menjadi kekacauan yang berujung pada insiden berdarah. 

Di tengah krisis ini, kelompok ultranasionalis Israel justru mendesak agar ambisi mereka atas Gaza segera diwujudkan, sementara Netanyahu sibuk mengamankan posisinya yang terancam.

Dalam perkembangan lain, “The Independent” mengulas pernyataan terbaru Presiden Trump mengenai perundingan nuklir dengan Iran. Trump disebut kian pesimis bahwa Teheran akan menerima syarat-syarat yang ditawarkan AS, terutama soal penghentian pengayaan uranium. 

Surat kabar itu menekankan bahwa jika diplomasi gagal, Trump tak menutup opsi militer sebagai jalan terakhir untuk mengekang program nuklir Iran.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here