Ketegangan memuncak di Laut Tengah. Pesawat-pesawat tanpa awak dilaporkan berputar-putar di atas kapal Maddalena, bagian dari Freedom Flotilla (Armada Kebebasan) yang sedang berlayar menuju Jalur Gaza. Kekhawatiran pun menyeruak: akankah Israel kembali melancarkan serangan?

Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa asal Prancis yang turut serta dalam misi kemanusiaan ini, mengonfirmasi kehadiran drone pada Selasa malam (3/6). Kapal Maddalena membawa 12 aktivis dari berbagai negara dengan misi menembus blokade brutal Israel atas Gaza dan mengantarkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Ini bukan pertama kalinya konvoi kemanusiaan semacam ini mendapat intimidasi. Pada awal Mei lalu, upaya serupa digagalkan oleh serangan drone Israel terhadap sebuah kapal di dekat Malta. Kini, bayang-bayang serangan kembali menghantui mereka.

“Kami siap untuk semua kemungkinan,” ujar Rima kepada Al Jazeera. “Termasuk serangan lewat drone, sergapan kapal selam, bahkan peledakan dari bawah laut, atau penangkapan oleh pasukan Israel.”

Namun, ia menegaskan bahwa risiko yang mereka hadapi tak sebanding dengan penderitaan rakyat Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun. “Apa yang kami hadapi di kapal ini bukan apa-apa dibandingkan dengan derita panjang warga Gaza.”

Kapal Maddalena merupakan kapal ke-36 dari Koalisi Armada Kebebasan. Israel sendiri telah berulang kali menyatakan akan menggunakan kekuatan untuk menghadang siapa pun yang mencoba menerobos pengepungan Gaza. Dunia belum lupa tragedi tahun 2010, ketika kapal Mavi Marmara diserang di perairan lepas Palestina. Serangan tersebut menewaskan 10 relawan Turki dan mengakibatkan penangkapan seluruh aktivis lainnya.

Kini, dunia kembali menyaksikan: akankah sejarah kelam itu terulang?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here