Jumlah korban syahid akibat agresi Israel di Jalur Gaza terus bertambah. Hingga Rabu (24/4), sedikitnya 44 warga Palestina dinyatakan syahid, dan puluhan lainnya luka-luka dalam rentetan serangan udara yang menghantam berbagai wilayah di Gaza sejak fajar Selasa.
Tim penyelamat dan warga sipil masih berjibaku menyelamatkan korban dari bawah reruntuhan. Seruan darurat datang dari keluarga “Al-Syarbasi” dan “Al-Jalis” yang tertimbun di bawah puing-puing rumah mereka di Jalan Al-Nakhil, kawasan At-Tuffah, Gaza Timur.
Serangan demi serangan menyasar kamp-kamp pengungsi, rumah penduduk, hingga sekolah. Di Jabalia dan Khan Younis, sejumlah warga syahid, termasuk dalam serangan drone ke tenda pengungsi di Bani Suhaila dan Al-Mawasi.
Rumah-rumah di Jalan Gaza Lama, Jabalia, serta Jalan Al-Nakhil di At-Tuffah, turut hancur akibat gempuran udara.Di kawasan Zeitoun dan Shujaiyah, Israel menggempur dengan artileri berat dan memobilisasi drone bersenjata.
Menurut laporan stasiun TV Al-Aqsa, pasukan pendudukan bahkan meledakkan robot peledak di wilayah tersebut.
Yang paling tragis, tentara Israel membombardir Sekolah Yafa di At-Tuffah—tempat pengungsi mencari perlindungan. Sepuluh jasad syuhada berhasil dievakuasi oleh Pertahanan Sipil Gaza, beberapa dalam kondisi hangus terbakar.
Kobaran api menjalar ke tenda-tenda pengungsi, menjadikan sekolah tempat penderitaan, bukan perlindungan.Dalam kondisi genting, Pertahanan Sipil menyerukan kepada Palang Merah agar mempercepat koordinasi dengan pasukan pendudukan demi menyelamatkan korban yang masih hidup di bawah reruntuhan.
Namun hingga kini, tim mereka belum berhasil menjangkau lokasi karena intensitas serangan.
Di medan perlawanan, Brigade Al-Quds—sayap militer Jihad Islam—mengumumkan keberhasilan mereka menguasai sebuah drone pengintai Israel yang tengah menjalankan misi di atas Khan Younis.
Dalam rekaman yang dibagikan media Israel, terlihat pasukan Brigade Givati Israel dikejutkan oleh kehadiran pejuang Palestina dalam sebuah rumah di Khan Younis.
Bentrokan pun terjadi, menimbulkan kepanikan di barisan tentara Israel.
Sementara itu, penghancuran sistematis alat berat terus berlanjut. Pasukan Israel menghancurkan 9 alat berat milik Balai Kota Jabalia, yang sebelumnya digunakan untuk membersihkan reruntuhan dan mengevakuasi korban.
“Lokasi alat berat sudah kami koordinasikan dan bukan zona militer. Tindakan ini sungguh tak bisa diterima,” ujar Dr. Muhammad Al-Mughir dari Direktorat Logistik Pertahanan Sipil.
Hamas mengecam penghancuran ini sebagai “kejahatan perang” dan bagian dari strategi genosida yang bertujuan memaksa warga Gaza untuk mengungsi secara massal.
“Mereka ingin menghapus Gaza dari peta dengan segala cara,” tegas pernyataan resmi Hamas.
Sejak dimulainya agresi pada 7 Oktober 2023, lebih dari 168.000 warga Palestina telah menjadi korban syahid atau luka-luka—mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11.000 orang masih dinyatakan hilang. Gaza kini berada dalam krisis kemanusiaan dan kesehatan terburuk dalam sejarahnya, menurut laporan lembaga internasional dan PBB.