Banyak warga Palestina di Tepi Barat yang kehilangan pekerjaan akibat larangan bekerja di Israel sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023. Demi bertahan hidup, mereka beralih profesi menjadi pedagang kecil, menjual minuman, makanan ringan, hingga sayuran di jalanan, meskipun keuntungan yang diperoleh sangat minim.

Salah satunya adalah Omar (33), yang sebelumnya bekerja di sektor konstruksi dengan gaji 400 shekel (sekitar 110 dolar) per hari, kini hanya mendapatkan sekitar 15 dolar dari berjualan acar menjelang waktu berbuka.

Meskipun dalam kondisi sulit, sebagian pekerja nekat menyeberang kembali ke Israel secara ilegal demi mencari nafkah. Mahmoud Haj (45), seorang pekerja konstruksi, memutuskan untuk memanjat tembok pemisah dan bekerja di Israel selama dua bulan agar dapat melunasi utang dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dia mengandalkan makanan murah seperti daun anggur, kubis, dan kacang-kacangan untuk berbuka puasa, karena harga daging yang mencapai 110 shekel per kilogram terlalu mahal.

Krisis ekonomi semakin parah dengan jumlah pengangguran yang melonjak. Federasi Serikat Buruh Palestina mencatat bahwa sekitar 507 ribu pekerja kehilangan pekerjaan, termasuk 200 ribu yang sebelumnya bekerja di Israel.

Kerugian tenaga kerja Palestina akibat perang diperkirakan mencapai 6 miliar dolar. Selain itu, sepanjang 2024, sebanyak 56 pekerja Palestina syahid saat mencoba masuk atau keluar dari tempat kerja mereka, sementara lebih dari 600 lainnya ditangkap oleh pasukan Israel.

Situasi semakin sulit karena pemerintah Palestina mengalami krisis keuangan, sehingga hanya mampu membayar 70% gaji pegawai negeri pada Maret 2024.

Banyak pegawai masih memiliki tunggakan gaji dari bulan-bulan sebelumnya, sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan Ramadan yang diperkirakan mencapai 1.000 dolar per keluarga.

Selain krisis ekonomi, warga Palestina di Tepi Barat juga menghadapi situasi keamanan yang memburuk. Pasukan Israel terus melakukan penggerebekan dan serangan di kota-kota, desa, serta kamp-kamp pengungsi, sering kali menjelang waktu berbuka puasa.

Di wilayah utara, Israel meningkatkan serangan terhadap kamp pengungsi, memaksa sekitar 40 ribu warga untuk mengungsi sejak 21 Januari 2024.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here