Para analis menilai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berusaha memanfaatkan serangan dan blokade pangan untuk membatalkan kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Gaza. Namun, pejuang Palestina menegaskan tidak akan tunduk pada upaya pemerasannya.

Netanyahu memerintahkan penghentian masuknya seluruh barang dan pasokan ke Gaza setelah menghambat negosiasi tahap kedua yang seharusnya dimulai pada 3 Februari. Ia meminta Hamas membebaskan 5 tahanan hidup dan 10 jenazah dengan imbalan lebih banyak bantuan kemanusiaan, tetapi Hamas menolak dan menegaskan komitmennya pada perjanjian yang sudah disepakati.

Analis politik Muhammad Al-Akhras menilai Netanyahu menggunakan blokade dan serangan untuk menekan rakyat Gaza serta mencoba membatalkan kesepakatan. Namun, ia akhirnya akan kembali ke jalur diplomasi karena tidak punya pilihan lain untuk memulangkan tahanannya serta menjaga dukungan dari AS.

Sementara itu, Hamas menegaskan bahwa pertukaran tahanan harus tetap berjalan sesuai kesepakatan, dan kembalinya perang bukanlah pilihan utama bagi perlawanan. Hamas juga menolak proposal jeda perang selama Ramadan dan Paskah Yahudi yang diajukan oleh utusan AS, Steven Wietkoff.

Menurut jurnalis dan pakar urusan Israel, Wadi’ Awawdeh, Netanyahu memiliki niat tersembunyi untuk membatalkan kesepakatan yang mengharuskannya mengakhiri perang dan menarik pasukan dari Jalur Gaza, yang akan mengancam posisinya.

Ia juga berusaha menarik simpati AS dengan menunjukkan bahwa Hamas meremehkan Washington, sekaligus meredam protes warga Israel yang menolak perang. Namun, ancaman Netanyahu untuk kembali berperang dinilai tidak realistis karena akan membahayakan tahanan Israel di Gaza dan meningkatkan jumlah korban di pihak militernya.

Sementara itu, pakar politik Shadi Al-Sharafa menilai bahwa Netanyahu menggunakan blokade dan kelaparan sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaannya, dengan restu dari AS. Ia menegaskan bahwa kebijakan kelaparan yang ditujukan untuk membunuh warga sipil hanya pernah digunakan pada era Nazi.

Bahkan jika Hamas membebaskan seluruh tahanan, Israel tetap akan melanjutkan pengepungan dan blokade. Al-Sharafa menegaskan bahwa penggunaan kelaparan secara sengaja terhadap kelompok tertentu merupakan kejahatan perang dan genosida yang harus disikapi oleh Mahkamah Internasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here