Pasukan Israel terus melancarkan agresinya terhadap kamp pengungsi di Jenin dan Tulkarm di Tepi Barat yang diduduki selama 15 hari berturut-turut. Serangan ini menyebabkan kehancuran besar pada infrastruktur dan rumah-rumah warga, serta memaksa penduduk, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia, untuk meninggalkan rumah mereka. Sejumlah warga juga ditangkap di tengah memburuknya kondisi kehidupan di wilayah tersebut.

Di kota Tammun, selatan Tubas, sumber-sumber Al Jazeera melaporkan bahwa pasukan pendudukan mengepung sebuah rumah dengan tembakan intensif. Mereka juga menganiaya seorang pria lansia Palestina dalam interogasi lapangan, serta menangkap dua wanita dan seorang pemuda dari kota tersebut.

Direktur Klub Tahanan di Tubas, Kamal Bani Odeh, menjelaskan bahwa pasukan Israel menangkap Kouther Ali Sadiq Abdul Rahim Bisharat untuk menekan suaminya agar menyerahkan diri. Selain itu, mereka juga menangkap Ranin Sulaiman Bani Odeh dan Muhammad Abdul Rahman Bisharat untuk memaksa saudara mereka menyerahkan diri.

Israel terus melakukan penangkapan dan penggerebekan rumah-rumah di Tammun dan Kamp Al-Far’a selama tiga hari berturut-turut. Bulldozer militer Israel merusak infrastruktur dan properti warga serta menutup jalan-jalan dengan gundukan tanah.

Pasukan Israel juga menghalangi tim medis di Tammun. Sumber lokal melaporkan bahwa sebuah ambulans Bulan Sabit Merah ditahan saat menjalankan tugasnya di daerah tersebut.

Sementara itu, pasukan Israel menyerbu kota Rummanah di barat Jenin dengan menempatkan pasukan infanteri di jalan-jalan dan lingkungan permukiman.

Sejak serangan besar-besaran Israel di Jenin dan kampnya 15 hari lalu, kota dan desa-desa di Provinsi Jenin mengalami penggerebekan setiap hari. Serangan ini telah menyebabkan 25 warga Palestina gugur hingga Selasa ini, puluhan lainnya terluka dan ditangkap, lebih dari 100 rumah dihancurkan, serta kehancuran besar pada properti dan infrastruktur. Ribuan warga juga terpaksa mengungsi.

Krisis Kemanusiaan

Kantor berita Palestina melaporkan pernyataan Wali Kota Tammun, Najeh Bani Odeh, yang mengatakan bahwa situasi di kota semakin buruk akibat blokade ketat yang terus berlangsung.

Ia menambahkan bahwa suplai air ke Tammun terputus sepenuhnya setelah jalur utama distribusi dihancurkan. Akibatnya, persediaan air di rumah-rumah mulai habis, menyebabkan banyak keluarga kekurangan air bersih. Ia juga menegaskan bahwa warga sangat membutuhkan bahan makanan pokok, terutama roti dan susu bayi.

Ketua Komite Layanan Kamp Al-Far’a, Assem Mansour, menyebut bahwa seluruh jalur suplai air ke kamp telah terputus, sementara cadangan air di rumah-rumah semakin menipis. Selain itu, banyak keluarga kekurangan makanan, obat-obatan, dan susu bayi.

Gubernur Tubas dan Lembah Yordan Utara, Ahmad Al-As’ad, dalam pernyataannya mengatakan bahwa pasukan Israel telah memperketat blokade terhadap provinsi tersebut. Mereka memutus jalur utama yang menghubungkan Tubas dengan provinsi lain serta sepenuhnya mengisolasi Lembah Yordan Utara.

Al-As’ad juga menyebut bahwa pasukan Israel mengerahkan bala bantuan militer ke Tammun, yang secara sistematis menghancurkan infrastruktur dan menghambat mobilitas warga. Ratusan warga juga dicegah mengakses lahan pertanian dan peternakan mereka, yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi besar.

Ia menambahkan bahwa operasi militer Israel di Kamp Al-Far’a dan Tammun telah memperburuk kondisi kemanusiaan warga, terutama akibat pemutusan pasokan air, larangan masuknya obat-obatan, serta hambatan dalam evakuasi pasien.

Pasukan Israel juga melarang tenaga medis menjangkau pasien atau mengirimkan pasokan obat-obatan yang diperlukan. Selain itu, ratusan warga, pekerja, dan pegawai tidak dapat keluar atau masuk ke provinsi karena pengetatan pembatasan di pos pemeriksaan militer.

Situasi keamanan yang memburuk juga menghambat proses belajar mengajar di sekolah-sekolah di provinsi tersebut. Puluhan guru tidak dapat mencapai sekolah mereka di wilayah Lembah Yordan Utara akibat blokade.

Selain itu, puluhan warga yang baru kembali dari ibadah umrah serta pasien cuci darah yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Turki dilarang kembali ke rumah mereka di Tammun dan Kamp Al-Far’a. Al-As’ad mengapresiasi peran masyarakat dan lembaga lokal yang membantu menyediakan tempat tinggal bagi mereka.

Gelombang Penangkapan

Klub Tahanan Palestina melaporkan bahwa jumlah warga yang ditangkap atau ditahan di Jenin dan kampnya selama 15 hari serangan Israel telah mencapai lebih dari 110 orang. Puluhan lainnya mengalami interogasi lapangan yang intensif.

Di Provinsi Tubas, 28 orang ditangkap, 11 di antaranya dibebaskan sementara 17 lainnya masih ditahan. Beberapa dari mereka yang dibebaskan di pos pemeriksaan militer Hamra tidak dapat kembali ke Tammun akibat blokade.

Di Tulkarm, yang mengalami peningkatan serangan dalam beberapa hari terakhir, setidaknya 20 warga telah ditangkap, termasuk seorang korban luka yang ditangkap dari dalam ambulans. Mayoritas tahanan mengalami pemukulan brutal dan penyiksaan sistematis, termasuk ancaman yang menciptakan teror bagi warga, terutama di daerah yang diserang.

Menurut Klub Tahanan, pasukan Israel menerapkan berbagai kebijakan represif di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran agresi, terutama di Jenin, Tubas, Tammun, dan Kamp Al-Far’a. Di antara kebijakan tersebut adalah eksekusi di lapangan, pembunuhan terencana, interogasi massal, serta penyanderaan warga.

Rumah-rumah warga tidak hanya dijadikan pos militer, tetapi juga dihancurkan, diledakkan, atau dibakar, seperti yang terjadi di Kamp Jenin. Pasukan Israel bahkan mengancam untuk menerapkan taktik serupa di Tubas. Mereka juga melakukan perusakan sistematis terhadap infrastruktur.

Dalam laporan hari ini, Klub Tahanan menyatakan bahwa jumlah penangkapan di Tepi Barat sejak gencatan senjata di Gaza telah mencapai lebih dari 380 orang. Angka ini mencakup mereka yang masih ditahan maupun yang telah dibebaskan, dengan mayoritas tahanan adalah pemuda.

Organisasi itu juga menegaskan bahwa gelombang penangkapan ini merupakan bagian dari kebijakan represif yang meningkat tajam setelah genosida di Gaza. Tahanan di dalam penjara Israel juga mengalami perlakuan kejam yang semakin intensif.

Berdasarkan dokumentasi Klub Tahanan, saat penggerebekan rumah, tentara Israel sering memaksa seluruh penghuni keluar, kemudian menghancurkan dan menjarah properti sebagai bagian dari kebijakan pembalasan kolektif yang mereka sebut “harga yang harus dibayar”.

Situasi Darurat di Kamp JeninSementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa situasi di Kamp Jenin semakin mendekati bencana akibat kehancuran besar yang ditimbulkan oleh serangan Israel terbaru.

Juru bicara UNRWA, Juliette Touma, dalam konferensi pers di Jenewa menyatakan bahwa kondisi di kamp tersebut telah mencapai tingkat yang “katastrofik”.

Ia menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah kamp hancur total akibat serangkaian ledakan yang dilakukan oleh pasukan Israel.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here