Surat kabar Israel Haaretz -dalam dua artikel terpisah- menghubungkan meluasnya kekerasan dan kebrutalan di tentara Israel dengan retorika kebencian dan balas dendam yang dianut pemerintahnya. Dalam artikel tersebut, situasi di Gaza disamakan dengan kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz, sambil menyayangkan ketidakhadiran Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam peringatan Holocaust karena Israel semakin dijauhi oleh dunia internasional. Netanyahu juga menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang.

Dampak Kebrutalan pada Tentara Israel

Dalam artikel pertama, Profesor Emeritus Yoel Elizur, seorang psikolog, menggambarkan kondisi psikologis tentara Israel selama perang yang sedang berlangsung. Dia mengaku ngeri dengan pembunuhan massal terhadap warga sipil di Gaza dan terganggu oleh dampak kebrutalan itu pada kesehatan mental para tentara. Kebrutalan ini dipicu oleh retorika pemerintah yang penuh hasutan serta melemahnya sistem keadilan sipil dan militer.

Elizur menjelaskan bahwa tujuannya menulis artikel ini, sebagai seorang kakek dan psikolog, adalah untuk melindungi cucunya dan semua tentara Israel. Dia ingin mereka menyadari betapa sulitnya melawan perintah komandan yang kejam dan menolak tekanan kelompok yang mendorong tindakan brutal.

Berdasarkan penelitian sosial yang dilakukan oleh Novar Ishai selama Intifada pertama, Elizur mengklasifikasikan tentara ke dalam lima kelompok berdasarkan kepribadian mereka. Hasil penelitian ini kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Spot of Light: Israeli Soldiers, Army, and Society in the Intifada (2012).

Lima Kategori Tentara

  1. Kelompok Kecil dan Kejam:
    Terdiri dari tentara brutal yang menikmati kekuasaan mereka. Sebagian besar kekejaman ekstrem dilakukan oleh kelompok ini. Mereka menganggap kebrutalan sebagai lambang kekuatan dan maskulinitas.

Salah satu tentara mengaku tanpa penyesalan: “Saya tidak punya masalah dengan perempuan. Ada perempuan yang melempari saya dengan sepatu, lalu saya menendangnya hingga tulang panggulnya hancur. Dia tidak bisa memiliki anak sekarang.”

  1. Kelompok Kecil dengan Ideologi Kekerasan:
    Mereka mendukung kebrutalan secara ideologis tetapi tidak secara langsung berpartisipasi. Kelompok ini percaya pada superioritas Yahudi dan merendahkan orang Arab.
  2. Kelompok yang Tidak Bisa Disuap:
    Kelompok ini menentang kebrutalan, meskipun awalnya mereka merasa terintimidasi. Mereka melaporkan kekejaman kepada atasan, tetapi menghadapi isolasi, trauma, dan depresi sebagai akibatnya.
  3. Kelompok Besar yang Mudah Terpengaruh:
    Terdiri dari tentara yang tidak cenderung ke arah kekerasan tetapi terpengaruh oleh perilaku para komandan dan standar kelompok.
  4. Kelompok Besar yang Mengikuti Standar Militer:
    Mereka tidak melakukan kekejaman, bertindak sesuai hukum, dan menanggapi situasi berbahaya secara wajar.

Kesaksian yang Mencengangkan

Elizur juga menyampaikan kisah seorang komandan yang dengan dingin mematahkan tulang seorang anak kecil saat patroli, serta menekankan bahwa tindakan semacam itu melegitimasi kekejaman di tingkat kelompok. Dia mencatat adanya banyak bukti kejahatan perang, termasuk laporan penyalahgunaan tahanan, pembakaran rumah secara sembarangan, dan penghancuran properti sebagai balas dendam.

Dari Auschwitz ke Gaza dan Den Haag

Dalam artikel kedua, Gideon Levy mengkritik Netanyahu yang tidak menghadiri peringatan 80 tahun pembebasan Auschwitz. Menurut Levy, absennya Netanyahu adalah simbol ironis karena dia menjadi satu-satunya pemimpin Israel yang tidak bisa hadir karena ancaman hukum internasional.

Levy juga menggambarkan bahwa peristiwa 7 Oktober 2023 sebagai titik balik bagi Israel, di mana negara itu kehilangan rasa kemanusiaannya, serupa dengan kehilangan kerendahan hatinya setelah perang 1967.

Levy mengakhiri tulisannya dengan mencatat bahwa absennya Netanyahu di Auschwitz adalah pengingat menyakitkan bahwa Israel, yang dibangun dari abu Holocaust, kini menjadi negara yang melakukan kejahatan perang.

Sumber: Haaretz

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here