Spirit of Aqsa- Media Israel menyoroti pertempuran di wilayah utara Jalur Gaza, dengan para analis militer mengkritik kerugian besar yang dialami pasukan Israel dibandingkan capaian yang terbatas. Mereka menilai solusi terbaik adalah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan membebaskan tawanan Israel di Gaza.
Analis militer Channel 13, Alon Ben David, melaporkan bahwa pasukan Israel telah kehilangan 27 tentara sejak dimulainya operasi militer di Gaza utara. Ia menambahkan bahwa ribuan pejuang Hamas masih bertahan di wilayah tersebut.
Ben David mempertanyakan hasil yang dicapai Israel, seraya mengatakan, “Apakah pencapaian ini sepadan dengan harga yang harus dibayar?” Ia membandingkan situasi di Gaza dengan pengalaman Israel di Lebanon Selatan pada 1990-an, yang ia sebut sebagai “kerugian berlanjut dengan hasil yang relatif terbatas.”
Sementara itu, beberapa media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengadakan diskusi khusus mengenai tawanan Israel yang ditahan oleh pejuang Palestina di Gaza. Diskusi tersebut dihadiri oleh pejabat tinggi keamanan dan menteri, termasuk Menteri Pertahanan Yisrael Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Reporter politik Channel 12, Yaron Abraham, mengungkapkan bahwa pemimpin keamanan Israel menyampaikan pesan bahwa Hamas tetap teguh pada tuntutannya untuk kesepakatan yang mencakup penghentian perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Menurut mereka, hal itu adalah satu-satunya jalan menuju kesepakatan. Abraham juga menambahkan, “Menolak jalur ini berarti kebuntuan dan kehilangan tawanan.”
Kritik terhadap strategi perang Israel juga disampaikan oleh anggota Knesset dari Partai Likud, Amit Halevi. Dalam wawancara dengan Channel 13, Halevi menyebut pendekatan Israel di Gaza sebagai “hanya serangkaian operasi terbatas.” Ia menilai strategi ini tidak mencerminkan perang yang sesungguhnya.
Mantan anggota Knesset sekaligus jurnalis, Miki Rosenthal, menuduh pemerintah Israel sengaja memperpanjang perang demi mempertahankan kekuasaan. “Pemerintah, khususnya pemimpinnya, tidak ingin perang ini berakhir karena itu berarti akhir dari pemerintahan mereka,” ujarnya. Ia juga menuduh kantor Perdana Menteri membohongi masyarakat Israel dengan narasi bahwa perang ini adalah sebuah keharusan.
Mantan komandan Korps Utara Israel, Noam Tibon, menekankan pentingnya pembebasan tawanan Israel. “Jika kita tidak memulangkan mereka, kita tidak bisa menyatakan kemenangan dalam perang ini. Itu adalah tujuan utama perang ini. Jika harus mengakhiri perang dengan harga yang mahal, maka itu harus dilakukan. Jika tidak, ini akan menjadi noda bagi generasi mendatang dan nilai-nilai Yahudi kita,” tegasnya.
Sumber: Al Jazeera