Spirit of Aqsa- Sebanyak 22 orang, termasuk 15 anak-anak dan seorang wanita, syahid dalam serangan udara Israel yang menghantam sebuah sekolah di Kamp Pengungsian Nuseirat, Jalur Gaza bagian tengah. Serangan ini menambah jumlah pusat pengungsian yang dihancurkan sejak Oktober 2023 menjadi 191.
Dalam pernyataan resmi, Kantor Informasi Pemerintah Gaza menegaskan bahwa militer Israel telah melakukan pembantaian baru dengan menyerang Sekolah Al-Mufti yang menampung ribuan pengungsi, terutama anak-anak dan wanita, meskipun sekolah tersebut tidak dianggap sebagai zona pertempuran.
Pemerintah Gaza menuding Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab penuh atas kelanjutan kejahatan genosida ini serta pembantaian terhadap warga sipil di Gaza.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengutuk serangan tersebut sebagai “bukti nyata dari upaya Israel untuk melanjutkan kebijakan genosida brutal terhadap rakyat Palestina,” yang secara sengaja menargetkan warga sipil di kawasan permukiman dan pusat pengungsian.
Hamas mendesak masyarakat internasional dan PBB untuk segera bertindak menghentikan agresi ini dan menyeret para pemimpin Israel ke pengadilan internasional atas kejahatan mereka terhadap rakyat Palestina.
Israel telah menyerang sejumlah sekolah yang menampung pengungsi selama beberapa bulan terakhir, dengan pembantaian yang terus menyasar warga sipil, terutama wanita dan anak-anak.
Sejak dimulainya perang di Gaza, ribuan warga Palestina terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah-rumah mereka setelah diperintahkan oleh tentara Israel untuk mengosongkan daerah tersebut sebelum serangan dimulai. Para pengungsi berlindung di rumah kerabat, tenda-tenda, sekolah, atau bahkan di tempat yang tidak biasa seperti penjara dan taman hiburan, dalam kondisi kemanusiaan yang sangat sulit dengan kekurangan air, makanan, dan meluasnya penyakit.
Jasad Tergelatak di Jalanan
Di bagian utara Gaza, yang telah dipisahkan dari kota Gaza oleh militer Israel sejak Sabtu lalu, pengeboman terus berlangsung selama sepuluh hari berturut-turut di wilayah Jabalia. Serangan udara Israel membunuh lima anak di Kamp Pengungsian Shati, Gaza. Menurut sumber lokal, anak-anak tersebut sedang bermain di dekat sebuah kafe ketika mereka terkena serangan roket dari drone.
Sumber lain menyebutkan bahwa jasad puluhan syuhada masih terkubur di bawah reruntuhan rumah dan di jalan-jalan Jabalia. Pasukan Israel juga menghancurkan infrastruktur penting seperti sumur air, fasilitas desalinasi, dan panel surya di kawasan tersebut.
Pasukan Israel memperluas serangan di utara Gaza, dengan tank-tank mereka telah mencapai pinggiran utara kota Gaza. Menurut laporan Reuters, pasukan ini juga menghancurkan sebagian kawasan Sheikh Radwan, memaksa banyak warga meninggalkan rumah mereka.
Sementara itu, serangan Israel terus menyasar wilayah lain di seluruh Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa setidaknya 11 orang syahid pada Minggu pagi, termasuk enam di antaranya dalam sebuah rumah di Kamp Bureij, Gaza bagian tengah, yang menambah jumlah korban menjadi lebih dari 30 syuhada, belum termasuk korban pembantaian di Nuseirat.
Warga Gaza melaporkan bahwa Israel telah memisahkan kota Beit Hanoun, Jabalia, dan Beit Lahia di utara Gaza dari pusat kota, membatasi pergerakan penduduk antara dua wilayah tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza mengkonfirmasi bahwa puluhan orang telah syahid dalam serangan di wilayah utara, dan puluhan lainnya dikhawatirkan masih terkubur di bawah reruntuhan tanpa bisa dijangkau oleh tim medis.
Pernyataan PBB
Joyce Msuya, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, dalam unggahannya di X, menyatakan bahwa “apa yang terjadi di utara Gaza sangat mengerikan dan kata-kata tak mampu menggambarkannya.”
Ia menambahkan, “Serangan Israel semakin intensif. Rumah sakit terpaksa mengevakuasi pasien mereka. Persediaan kebutuhan pokok semakin menipis. Warga dipaksa meninggalkan rumah mereka tanpa bantuan, dalam keadaan kelaparan. Kekejaman ini harus segera dihentikan.”
Pejabat Palestina dan PBB memperingatkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza, dengan krisis makanan, bahan bakar, dan pasokan medis yang semakin parah di utara Gaza. Risiko kelaparan kini semakin nyata.
Di selatan Gaza, pejabat lokal melaporkan bahwa Israel telah membebaskan 12 warga Palestina yang ditangkap selama serangan darat. Para tahanan tersebut mengaku mengalami penyiksaan selama penahanan mereka, meskipun hal ini dibantah oleh Israel.