Spirit of Aqsa- Sebanyak 130 tentara Israel menolak bertugas kecuali pemerintah berupaya mencapai kesepakatan pertukaran tawanan. Menurut laporan surat kabar Haaretz, para tentara ini menandatangani surat yang memperingatkan bahwa mereka tidak akan lagi bertugas jika pemerintah tidak berusaha mencapai kesepakatan terkait para tahanan di Gaza.

Surat tersebut ditujukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, para menteri pemerintah, dan Kepala Staf Militer Herzi Halevi. Tentara yang menandatangani surat tersebut berasal dari pasukan cadangan, termasuk dari unit korps lapis baja, artileri, komando front dalam negeri, serta angkatan udara dan laut.

Dalam surat itu disebutkan, “Kini jelas bahwa perpanjangan perang di Gaza tidak hanya memperlambat kembalinya para sandera, tetapi juga membahayakan nyawa mereka: lebih banyak sandera yang tewas akibat serangan militer Israel daripada yang berhasil diselamatkan dalam operasi militer.”

Para tentara juga menegaskan, “Kami yang selama ini bertugas dengan setia dan mempertaruhkan nyawa, menyatakan bahwa jika pemerintah tidak segera mengubah kebijakan dan berupaya untuk mencapai kesepakatan pemulangan sandera, kami tidak bisa melanjutkan pelayanan kami.”

Israel memperkirakan ada 101 tahanan di Gaza, sementara Hamas menyatakan bahwa puluhan di antaranya telah tewas dalam serangan udara Israel yang tidak terarah.

Upaya mediasi yang dilakukan oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah berlangsung selama berbulan-bulan, dengan berbagai proposal diajukan untuk mengakhiri perang di Gaza dan pertukaran tahanan.

Namun, Netanyahu terus menetapkan syarat-syarat baru, termasuk menjaga kontrol atas koridor perbatasan Philadelphia antara Gaza dan Mesir serta perlintasan Rafah di Gaza, serta mencegah kembalinya pejuang faksi Palestina ke Gaza utara melalui pemeriksaan ketat di jalur Netzarim di tengah Gaza.

Sementara itu, Hamas bersikeras bahwa Israel harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza dan menghentikan perang sebagai prasyarat untuk menyetujui kesepakatan apa pun.

Sumber: Haaretz, Anadolu Agency

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here