Spirit of Aqsa- Hamas kembali memperkuat persenjataan dari sisa-sisa amunisi Israel di Jalur Gaza. Radio Militer Israel mengungkapkan, militer Israel menyadari Hamas telah membangun kembali bengkel-bengkel untuk produksi senjata.
Mengutip pejabat keamanan yang tidak disebutkan namanya, dilaporkan bahwa tidak ada kesulitan saat ini dalam mendapatkan bahan peledak di Gaza karena tersedia dalam jumlah besar dan mudah diakses.
Radio tersebut juga melaporkan bahwa Hamas mencoba menggunakan sisa-sisa bom dari Angkatan Udara Israel yang tidak meledak sebagai sumber bahan peledak untuk membuat senjata baru.
Pejabat senior militer Israel yang menangani masalah ini memperkirakan bahwa dari sekitar 50 ribu bom yang dijatuhkan Angkatan Udara Israel di Gaza sejak awal perang, hanya sekitar 5% yang tidak meledak. Artinya, menurut radio tersebut, sekitar 2.000 hingga 3.000 bom jatuh dan dapat digunakan oleh Hamas sebagai bahan baku.
Radio tersebut menambahkan bahwa militer Israel memperkirakan jika terjadi gencatan senjata jangka panjang sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan, Hamas akan mampu secara signifikan menghidupkan kembali sistem produksinya.
Dengan mediasi Mesir dan Qatar serta partisipasi Amerika Serikat, Israel dan Hamas telah melakukan negosiasi tidak langsung selama berbulan-bulan, namun belum berhasil mencapai kesepakatan untuk menghentikan tembakan dan pertukaran tahanan.
Meskipun terjadi serangan yang menghancurkan oleh Israel, faksi-faksi Palestina setiap hari mengumumkan telah membunuh dan melukai tentara Israel serta menghancurkan kendaraan militer, dan mereka menayangkan video yang mendokumentasikan beberapa operasi mereka.
Institut Studi Keamanan Nasional Israel yang berafiliasi dengan Universitas Tel Aviv memperkirakan bahwa lebih dari 19 ribu roket telah diluncurkan dari Gaza ke Israel sejak awal perang.
Dalam pembaruan hari ini di situs webnya, institut tersebut melaporkan bahwa sejak awal perang, 1.610 warga Israel telah tewas, termasuk 665 tentara, dan 16.538 warga Israel terluka.
Israel melanjutkan perang yang menghancurkan di Gaza, mengabaikan dua resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penghentian segera, serta perintah dari Pengadilan Internasional untuk menghentikan serangan di Rafah (selatan), mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya genosida, dan memperbaiki situasi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.
Selain itu, Tel Aviv menentang permintaan dari Jaksa Pengadilan Pidana Internasional Karim Khan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant atas tanggung jawab mereka atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.