Spirit of Aqsa, Palestina- Dr. Laeqa Maki, peneliti utama di Pusat Studi Al Jazeera, menilai, keputusan Amerika Serikat menarik kapal induk “Gerald Ford” dari Timur Laut Laut Tengah meskipun perang Israel terus berlanjut di Jalur Gaza adalah untuk memberikan tekanan kepada pemerintahan Benjamin Netanyahu. AS juga hendak menegaskan bahwa Netanyahu harus patuh pada keinginan Amerika.
“Keputusan ini ditujukan kepada pemerintahan Netanyahu sebagai pesan bahwa Washington tidak akan terus mendukung Tel Aviv, kecuali mereka patuh pada keinginan Amerika dan rencana pascaperang Gaza,” kata Maki, dikutip Aljazeera, Selasa (2/1).
Maki menambahkan, dukungan Amerika untuk Israel bisa secara bertahap berkurang. Hal itu mengindikasikan bahwa kekuatan angkatan laut Amerika ini sebelumnya berfungsi sebagai kekuatan pencegah terhadap siapa pun yang berpikir untuk menyerang Israel.
Dia menyebutkan bahwa situasi di lapangan belum berubah, dengan potensi perang regional masih ada, terutama di front utara dengan Hezbollah di Lebanon. Dia memastikan, penarikan kapal induk ini berkaitan dengan ketegangan yang telah menjadi terbuka antara Tel Aviv dan Washington.
Maki menunjukkan, ada indikasi bahwa perang di Gaza akan panjang, tetapi tidak selalu untuk keuntungan Israel. Dia yakin, Netanyahu ingin memperpanjang perang hingga pemilihan presiden Amerika yang mungkin membawa kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Dia percaya perang Gaza belum memperlihatkan semua kartunya, karena “resistensi kuat dan memperdalam perpecahan internal di Israel, membuat Tel Aviv mencari kambing hitam setelah kegagalan mencapai tujuan.”
Penyesuaian yang Diharapkan
Di sisi lain, Dr. Mahand Mustafa, ahli dalam urusan Israel, mengatakan, perang di Gaza telah terbukti dari sudut pandang kanan ekstrem di Israel bukan untuk tujuan penakut atau untuk membebaskan tahanan atau membangun kembali keamanan Israel, tetapi sebagai proyek untuk menyusun kembali pemukiman di Gaza.
Mustafa menunjukkan, percakapan menteri ekstrem di pemerintahan Netanyahu tentang pengusiran paksa penduduk Gaza pada awalnya, sebelum akhirnya beralih ke pengusiran sukarela, menegaskan kekacauan Israel sejak 7 Oktober 2023, di mana tidak ada tujuan yang jelas.
Dia menekankan, sistem keamanan nasional Israel terutama bergantung pada dukungan Amerika. Dia menambahkan, “deep state” di Israel yang menentukan strategi keamanan, merujuk pada tentara, Mossad, Shin Bet, dan beberapa menteri berpengaruh seperti Menteri Pertahanan.
Mustafa menjelaskan, karena tekanan Washington, para menteri sayap kanan di Israel berbicara tentang perlunya membebaskan diri dan mandiri dari keputusan Amerika, dengan harapan akhirnya akan ada ketaatan Israel terhadap Washington dan tunduk pada tekanannya.
Dia percaya bahwa pembatalan oleh Mahkamah Agung Israel terhadap undang-undang “kebijaksanaan” akan memperburuk krisis politik internal dan akan meningkatkan kesulitan pemerintahan Israel, dan bisa menyebabkan keluarnya Benny Gantz karena serangan yang diharapkan dari kanan terhadap pengadilan.
Implikasi dan Keyakinan
Sebaliknya, Brigadir Jenderal Fayez Aldauwri, ahli militer dan strategis, mengatakan bahwa kapal induk “Gerald Ford” bergerak secara teratur berdasarkan perubahan kondisi.
Aldouri setuju dengan apa yang dikemukakan Maki tentang implikasi penarikan kapal induk, tetapi ia menegaskan bahwa kerja sama militer antara Washington dan Tel Aviv tetap pada puncaknya, dan persetujuan penjualan senjata artileri merupakan bukti utama.
Dia memastikan bahwa ada keyakinan yang nyata di kalangan pembuat keputusan militer Israel bahwa usaha maksimal telah dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan itu, dan perang ini hanya dapat berlanjut pada tingkat ini selama beberapa minggu. Oleh karena itu, ada tekad untuk memasuki tahap ketiga perang.
Aldouri mengutuk tuntutan menteri sayap kanan Israel untuk kembali memukimkan Gaza, mengingat pengalaman Perdana Menteri Israel sebelumnya, Ariel Sharon, dalam membubarkan pemukiman seperti Netzarim dan Gush Katif, di mana mereka terpaksa menarik diri karena serangan dari gerakan perlawanan Islam (Hamas) dan Jihad Islam.