Spirit of Aqsa, Palestina- Beberapa tahanan Palestina yang dibebaskan memberikan kesaksian serupa terkait perlakuan brutal aparat teroris Israel di dalam penjara. 

Salah satu tahanan yang dibebaskan itu adalah Mohammad Salhab Tamimi (18 tahun) asal Tepi Barat yang ditahan Israel selama delapan bulan. 

Mengutip laporan Al Jazeera, saat pembebasan, Tamimi memeluk kedua orang tuanya di depan awak media yang menunggu. Dalam wajah kebingungan, dia kemudian memberikan sebuah pesan yang disampaikan kepadanya oleh para penjaga lapas Israel.

“Beri tahu temanmu. Jika kalian mengadakan perayaan besar, saya akan memasukan Anda kembali ke penjara,” tuturnya dikutip Jumat (1/12).

Tamimi kemudian menceritakan bagaimana proses pembebasannya berlangsung. Pada Senin 27 November pukul 7 pagi, seorang penjaga di Penjara Rimon memintanya bersiap untuk dipindahkan ke Penjara Ofer.

Hanya itu perintah yang diterima. Dia hanya disuruh menanggalkan pakaian sepenuhnya, hanya mengenakan pakaian olahraga penjara berwarna abu-abu, dan mengumpulkan semua barang miliknya.

“Saya memasukkan pakaian saya ke dalam salah satu amplop plastik dan berjalan ke pintu sel di mana mereka memborgol tangan saya dan memaksa kepala saya menunduk sehingga saya melihat ke tanah,” tuturnya.

“Petugas kemudian menendang saya dengan keras. Sepatu botnya terbuat dari baja, jadi rasanya seperti dia meremukkan kakiku, sungguh sakit.”

“Ia menyeret saya ke halaman penjara tetapi, saat dia menyeret saya keluar dari penjara, dia berhenti untuk mengambil pakaian saya dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu sambil memaki saya dengan bahasa cabul, dia menyeret saya keluar,” kenangnya.

Tamimi kemudian dimasukkan ke dalam kendaraan pemindahan tahanan yang dikenal sebagai “bosta”, sebuah van dengan jendela gelap dan sel ketat dengan kursi logam, di mana para tahanan dirantai.

Perjalanan Bosta bisa memakan waktu 12 jam atau lebih. Tidak ada tempat istirahat, makan, atau istirahat di toilet. “Saya ditahan di sel kendaraan tanpa makan atau minum apapun sampai lewat tengah malam,” paparnya.

Tekanan Sebelum Pembebasan

Keadaan di penjara menjadi lebih mengerikan dari biasanya setelah 7 Oktober, bersamaan dengan genosida yang dilakukan teroris Israel ke Jalur Gaza.

Warga Palestina yang ditahan di beberapa institusi telah melaporkan adanya pemukulan yang parah, penolakan terhadap perawatan medis, hambatan kunjungan pengacara dan keluarga, waktu di halaman, serta terhambatnya listrik, air, dan kebutuhan kebersihan dari toko penjara.

Setidaknya enam tahanan Palestina syahid dalam tahanan Israel sejak 7 Oktober. Beberapa yang syahid adalah tahanan yang belum lama dimasukan ke penjara setelah penangkapan mereka.

Tamimi bukan orang pertama yang dibebaskan dan mengatakan bahwa penjara-penjara Israel sangat padat. Ia juga mendengarkan hal ini dari napi Palestina lainnya.

“Ada 10 tahanan yang dimasukkan ke dalam sel yang hanya memiliki enam tempat tidur. Dulu kami harus membentangkan selimut atau sesuatu di lantai untuk tidur,” katanya.

Jumlah makanan yang diberikan kepada mereka tidak mencukupi, karena itu juga untuk enam tahanan, bukan 10. Teman satu sel harus menjatah makanan yang mereka dapatkan dengan hati-hati.

“Pendudukan (Israel) telah memutuskan bahwa mereka akan mempermalukan para tahanan, sejak pecahnya Taufan Al-Aqsa.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here