Spirit of Aqsa, Gaza- Kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Ismail Haniyeh, mengatakan, darah rakyat Palestina sangat mahal. Atas dasar itu, para pejuang Palestina kian semangat untuk merebut kemerdekaan dari penjajah dan membela kesucian Masjid Al-Aqsa.
Dia mengatakan, kelanjutan agresi terhadap Gaza akan membuat seluruh wilayah lepas kendali. Dia menekankan, penjajah Israel tidak akan dapat pulih setelah operasi Taufan Al-Aqsa.
Dalam pidato yang disiarkan Al Jazeera, Haniyeh menggambarkan wilayah Gaza sebagai “hari yang panas”. Dia mencatat, konsekuensi dari operasi Taufan Al-Aqsa “akan menyertai semua tahapan kita di tanah Palestina dan dalam perjuangan bangsa dan perlawanan terhadap proyek Zionis.”
Militer Israel sudah membombardir Gaza selama 20 hari setelah pejuang Al-Qassam melancarkan operasi Taufan Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023. Pemboman Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya menyebabkan lebih dari 7.000 orang syahid, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, selain ribuan orang yang terluka dan hilang. Hampir 1,4 juta dari 2,2 juta penduduk Jalur Gaza menjadi pengungsi.
Haniyeh menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk menghentikan agresi terhadap Gaza. Dia juga menyerukan pembukaan semua penyeberangan, terutama penyeberangan Rafah, dan masuknya segala sesuatu yang dibutuhkan Gaza tanpa pembatasan. Dia mengatakan, “Musuh tidak bisa mengendalikan apa yang seharusnya terjadi.”
Pada saat yang sama, Haniyeh menekankan, “darah di Gaza yang berada di pihak perlawanan akan menang atas penjajah.” Dia menegaskan, para pejuang Al-Qassam “baik-baik saja,” dan terus melanjutkan operasi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
Kepala biro politik Hamas percaya penjajah Israel tidak akan dapat pulih karena “serangan strategis dan kekalahan telak yang dideritanya”.
Lebih dari 1.400 warga Israel telah terbunuh akibat serangan perlawanan sejak 7 Oktober, termasuk 309 tentara dan perwira. Selain itu, sekitar 224 tahanan militer dibawa ke Jalur Gaza.
Haniyah juga menyerukan kepada masyarakat global untuk terus melanjutkan aksi. “Pergerakan jalanan tidak boleh tinggal di tempat yang sama, melainkan aksi harus terus berlanjut demi kepentingan masyarakat Palestina, masa depan kekuatan perlawanan,” ujarnya.