Spirit of Aqsa, Palestina- Taktik yang digunakan oleh Hamas dalam operasi Taufan Al-Aqsa merupakan taktik paling canggih yang pernah mereka lakukan. Hamas berhasil memasiki wilayah jajahan Israel di sekitar Gaza melalui udara, laut, dan darat, atau dalam istilah militer dikenal sebagai operasi multi-domain.

Pejuang Hamas melakukan serangan awal terhadap pos pengamatan Israel dengan menggunakan drone, sebelum serangan roket besar-besaran menghancurkan pertahanan Iron Dome Israel. Inilah yang disebut sebagai operasi pembentukan, yang pada dasarnya merupakan persiapan untuk tahap berikutnya, yaitu masuknya pejuang Hamas secara fisik ke wilayah yang dijajah Israel.

Ini infiltrasi fisik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hamas melakukan operasi itu dari berbagai arah. Mereka menyerang sasaran militer Israel, membunuh dan menangkap tentara, serta merampas peralatan militer.

Hal yang mendasari semua aktivitas ini adalah penggunaan elemen psikologis, termasuk merekam dan menyiarkan serangan di komunitas perbatasan Israel dan di sebuah konser musik. Termasuk menangkap tentara, yang kemudian dibawa ke Jalur Gaza.

Berikut adalah keunggulan taktik militer Hamas dibandingkan Israel, dilansir Aljazirah:

Perencanaan tersembunyi

Sebagian besar perencanaan yang dilakukan Hamas dilakukan pada saat Israel sedang mengalami ketegangan politik yang telah mengguncang negara itu selama berbulan-bulan. Ketegangan politik didorong oleh pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang akan merombak sistem peradilan.

Perombakan sistem peradilan ini memicu aksi protes besar-besaran di Israel selama berbulan-bulan. Kerusuhan tersebut akan menimbulkan “kebisingan latar belakang” yang dapat mengganggu intelijen Israel.

Hamas mempelajari pengumpulan intelijen Israel, mengidentifikasi sumber-sumber Israel dan memfokuskan mereka pada hal lain, untuk menyembunyikan persiapan mereka. Menurut laporan Al-Jazeera, Hamas juga telah banyak berinvestasi dalam infrastruktur terowongan, membangun jaringan jalur bawah tanah yang memungkinkan mereka secara fisik melewati pos pemeriksaan Israel dan melakukan serangan mendadak. Penggunaan terowongan dan fasilitas bawah tanah hampir pasti membantu penyembunyian persiapan dari intelijen Israel.

Ancaman yang berkembang

Hamas tampaknya telah belajar dari berbagai sumber dan memanfaatkan pembelajaran dari pertemuan masa lalu dengan pasukan Israel. Termasuk mempelajari taktik yang digunakan oleh pejuang di Jenin pada 2002, dan menerapkan inovasi mereka sendiri.

Pertemuan di masa lalu dengan pasukan Israel, khususnya selama serangan di Gaza pada 2014, telah mengajarkan kepada Hamas tentang pentingnya perang perkotaan dan bagaimana memanfaatkan alat peledak improvisasi (IED), jaringan terowongan, perang psikologis, dan perang asimetris.

Pelajaran dari Pertempuran di Jenin

Hamas tampaknya juga mendapatkan wawasan spesifik dari taktik yang digunakan para pejuang Jenin selama Pertempuran Jenin pada 2002, yang telah menjadi simbol perlawanan Palestina. Menurut Human Rights Watch, pada April 2002, serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jenin menyebabkan sedikitnya 52 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak meninggal dunia. Sementara itu 23 tentara Israel tewas dan beberapa lainnya luka-luka.

Salah satu pelajaran penting yang dipelajari Hamas dari Pertempuran Jenin adalah efektivitas IED dalam menimbulkan korban jiwa dan mengganggu operasi militer Israel. IED berbiaya rendah dan mudah disembunyikan, sehingga menjadikannya alat yang berharga untuk peperangan asimetris.

Sejak itu, Hamas memasukkan IED ke dalam persenjataannya. Hamas menggunakan IED untuk menargetkan kendaraan, patroli, dan instalasi militer Israel. Jika Israel melancarkan serangan darat ke Gaza, kita hampir pasti akan melihat taktik ini digunakan lagi.

Pembelajaran lain yang mungkin diambil dari para pejuang Jenin adalah pentingnya mobilitas strategis dan kejutan, serta pemanfaatan jaringan terowongan untuk memindahkan pejuang dan perbekalan. Termasuk menghindari pasukan Israel, dan melancarkan serangan mendadak.

Persaingan yang tidak seimbang

Pada akhirnya, Hamas melawan tentara yang memiliki persenjataan berat dan kekuatan udara yang canggih. Menghadapi persenjataan tersebut, Hamas hanya memiliki IED buatan sendiri, termasuk roket dan senjata ringan yang melengkapi sejumlah kecil senjata ringan yang berhasil mereka selundupkan.

Inilah sebabnya mengapa Hamas mengandalkan taktik. Hamas menggunakan strategi serangan tabrak lari, penyergapan, dan tembakan penembak jitu untuk meminimalkan korban jiwa dan memaksimalkan dampak operasi mereka dengan mengurangi konfrontasi langsung.

Hal yang belum diketahui adalah akhir yang diharapkan Hamas dari serangan terbaru ini. Karena kecil kemungkinannya akan ada dukungan militer yang lebih luas dari wilayah tersebut.

Masih harus dilihat apa dampak dari hal ini terhadap upaya diplomasi untuk bernegosiasi antara Israel dan Palestina, serta antara faksi-faksi Palestina yang sudah terhenti. Menurut para analis, Israel juga akan melakukan serangan melalui darat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here