Spirit of Aqsa- Media internasional menyoroti syahidnya Ketua Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, serta dampaknya terhadap gerakan Hamas, perang yang berlangsung, dan nasib tawanan Israel di Gaza.
Sebuah artikel di Jerusalem Post Israel mempertanyakan apakah kematian Sinwar akan mengakhiri perang di Gaza, mengingat risiko terhadap tawanan yang ditahan, dan sejauh mana penggantinya dapat memanfaatkan situasi ini untuk menekan Israel.
Artikel tersebut menegaskan, sejarah pembunuhan pemimpin Hamas tidak pernah cukup untuk memusnahkan gerakan tersebut.
Tentara Israel mengonfirmasi bahwa Sinwar, yang dianggap sebagai arsitek serangan “Taufan Al-Aqsa” terhadap pemukiman dan pangkalan di sekitar Gaza, syahid Rabu lalu di distrik Tel Sultan, Rafah, Gaza Selatan.
Surat kabar Haaretz mengutip seorang ahli yang menyatakan, Israel, Amerika Serikat, dan aktor regional lainnya harus memanfaatkan momen ini untuk segera mendorong gencatan senjata dan mengembalikan tawanan.
Sementara itu, artikel di The Guardian Inggris menyebutkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendapat lebih banyak dukungan militer meskipun telah melampaui “garis merah.”
Artikel tersebut menggarisbawahi bahwa Netanyahu mengabaikan peringatan AS namun tetap memperoleh semua persenjataan yang dibutuhkan Israel.
Contohnya adalah sikap AS yang menolak perluasan konflik ke Lebanon, yang direspons Netanyahu dengan memulai perang baru sebelum AS mengumumkan pengiriman sistem pertahanan THAAD ke Israel.