30/09/25 – AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) meluncurkan sebuah kampanye sebagai bagian dari strategi propaganda untuk mendelegitimasi perlawanan Palestina dan menciptakan pembenaran diplomatik atas kelanjutan operasi militer Israel di Gaza. Alih-alih menyelesaikan genosida, propaganda ini membalik posisi pelaku pembantaian massal sebagai inisiator perdamaian, sementara pihak yang mempertahankan tanahnya dicitrakan sebagai penghalang solusi.

Kampanye tersebut dipublikasikan melalui akun resmi AIPAC pada Selasa (30/9), menampilkan pesan utama bahwa perang hanya berlanjut karena Hamas tidak menerima proposal damai Amerika Serikat.
“The only reason the war in Gaza is continuing today is because Hamas hasn’t accepted the U.S. peace deal,” tulis AIPAC dalam unggahan tersebut.

Organisasi lobi Israel terbesar di Amerika itu juga menyerukan publik AS untuk menekan anggota Kongres agar mendesak Hamas menerima kesepakatan yang mereka sebut “historic peace deal”. AIPAC mengeklaim bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut dan negara-negara Arab mendukungnya, lalu menutup pesan dengan pernyataan: “It’s all on Hamas.”

Narasi ini bekerja dalam tiga lapis strategi:
✓ Pertama, menyederhanakan konflik seolah seluruh masalah bersumber dari Hamas, bukan dari pendudukan dan blokade yang berlangsung puluhan tahun.
✓ Kedua, menggunakan klaim “dukungan negara Arab” untuk menciptakan ilusi bahwa dunia Islam pun telah berbalik mendukung formula damai versi AS-Israel.
✓ Ketiga, menggiring opini global agar tuntutan “hentikan agresi Israel” bergeser menjadi “lucuti Hamas”, sehingga perlawanan dianggap ilegal dan penjajahan terlihat sah.

Dengan menghidupkan kembali formula rencana Trump—yang sebelumnya ditolak rakyat Palestina karena tidak menyentuh akar penjajahan—AIPAC mencoba menciptakan konsensus baru: bahwa perdamaian hanya dapat dicapai jika Palestina menyerah total.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here