Spirit of Aqsa, Palestina- Media Israel, Haaretz, mengungkapkan, keputusan militer Israel kembali berperang setelah gencata senjata berakhir pada Jumat (1/12) merupakan kesalahan terbesar. Perang kali ini akan lebih berat dan lama serta akan lebib banyak darah tumpah.
Haaretz menggambarkan serangan Israel dua hari terakhir yang menyebabkan kehancuran dan ratusan warga sipil Jalur Gaza meninggal dunia.
Dunia bahkan dipertontonkan dengan pemandangan yang mengerikan, anak-anak meninggal sambil menjerit kesakitan, debu bangunan runtuh menutupi korban yang berlumuran darah yang dievakuasi ke rumah sakit yang tak bisa memberikan perawatan.
“Gaza tidak lagi mampu menanggungnya, dan tidak ada gunanya lagi meminta pengungsi dari utara. Situasinya adalah bahwa bagian selatan Jalur Gaza menjadi sasaran pengeboman tanpa pandang bulu yang sama,” demikian Haaretz dalam laporan yang ditulis Gideon Levy, Senin (4/12).
Serang Hamas Cuma Alibi Israel untuk Hancurkan Jalur Gaza
Haaretz mengungkapkan, Militer Israel sebenarnya tak peduli dengan kondisi para tahanan di Jalur Gaza. Misi mereka cuma ingin menghancurkan Hamas, sebagai alasan untuk menghancurkan Jalur Gaza.
Keputusan Israel melanjutkan perang tidak hanya membahayakan nyawa para tawanan, tapi juga menggagalkan segala upaya untuk membebaskan mereka. Padahal, pertukaran tahanan sudah berjalan baik.
“Sangat menjengkelkan karena Israel memiliki tujuan yang lebih penting daripada menjamin pembebasan tahanan, karena tidak ada yang lebih berbahaya daripada melanggar perjanjian tidak tertulis, antara warga sipil atau tentara, dan membiarkan tawanan itu menanggung nasibnya sendiri,” kata Haaretz.