Pakar militer Faiz Ad-Duwairi menyatakan, operasi militer Israel yang sedang berlangsung di utara Tepi Barat tidak hanya menargetkan kamp-kamp pengungsi, tetapi juga keturunan warga Palestina yang terusir dari kota-kota mereka pada tahun 1948.
Dalam analisisnya terhadap situasi militer, Duwairi menjelaskan bahwa inti dari operasi ini adalah kepentingan politik, yang didukung penuh oleh militer Israel, terutama oleh para komandan yang berasal dari pemukim ilegal.
Menurutnya, operasi ini berbeda dari sebelumnya karena adanya kesepakatan politik dan militer yang kuat serta dukungan terbuka dari Amerika Serikat terhadap rencana aneksasi Tepi Barat. Ia juga menekankan bahwa Israel secara khusus menargetkan kamp-kamp pengungsi karena di sanalah tinggal keturunan warga yang terusir saat Nakba, yang kemudian menjadi garda terdepan perlawanan di Tepi Barat.
Namun, Duwayri menilai bahwa meskipun ruang gerak para pejuang semakin dipersempit akibat koordinasi Israel dan Amerika Serikat serta keterbatasan sumber daya, perlawanan tidak akan berhenti. “Meskipun mereka hanya memiliki kelompok-kelompok kecil bersenjata ringan dan alat peledak rakitan, mereka tetap akan bertahan,” katanya. Ia juga menekankan bahwa pengejaran pejuang di dalam kamp sangat sulit karena sempitnya jalan-jalan di dalamnya.
Karakteristik geografis kamp yang sempit menjadikan operasi militer Israel di wilayah ini sangat menantang. Oleh karena itu, pasukan pendudukan Israel mulai melebarkan jalan-jalan utama di dalam kamp, merobohkan rumah-rumah, dan menghancurkan infrastruktur guna mempermudah gerakan militer mereka.
Perluasan Operasi Militer
Israel terus melancarkan operasi militer yang mereka namakan “Tembok Besi” di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi di utara Tepi Barat. Tentara Israel telah menyerbu dan menggerebek kamp pengungsi di Jenin, Tulkarm, Tubas, dan Yamon.
Israel kini telah menempatkan batalion tetap atau semi-tetap di setiap kamp tersebut agar dapat mempertahankan kehadiran militernya dan melakukan intervensi dengan cepat.
Operasi ini telah menyebabkan sekitar 40 ribu warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa Israel sedang mengulangi skenario penghancuran di Gaza ke wilayah Tepi Barat, dan tidak menutup kemungkinan operasi ini akan diperluas ke kamp-kamp lainnya.