Spirit of Aqsa – Gaza | Gencatan senjata antara kelompok pejuang perlawanan Palestina dan penjajah Israel masih tersangkut dengan ibarat seutas rambut. Bisa jadi situasi akan meledak kembali jika Israel mengulur-ulur dalam membebaskan blockade Jalur Gaza. Juga jika Israel menolak kesepakatan meringankan blockade yang semakin keras usai pertempuran Saif Al-Quds terakhir.
Para pengamat ekonomi dan politik dalam pembicaraan terpisah dengan Pusat Informasi Palestina sepakat bahwa blockade Israel terhadap Jalur Gaza dalam situasi saat ini adalah lebih buruk dari babak pertama blockade pasca kemenangan Hamas dalam pemilu parlemen pada Januari 2006 yang puncaknya usai pertempuran Al-Furqan di akhir 2007.
Implikasi Berbahaya
Pakar ekonomi Usamah Noval mengatakan, blockade Israel di Jalur Gaza hari ini lebih kejam dan berbahaya dibanding blockade pasca 2007/2008. Blockade di awal sulit dan keras. Namun daya beli warga Palestina di Gaza saat itu masih baik. Kini blockade yang sudah berlangsung lama itu terasa dampaknya beratnya sekarang.
Blockade saat ini telah menurunkan kemampuan daya beli warga dengan tingkat sangat besar sekali. Penjajah Israel saat ini mempelajari situasi ekonomi Jalur Gaza. Blockade ini diyakini Israel telah merusak sendi-sendi industry, perusahaan, roda ekonomi Palestina. Yang belum dihancurkan Israel dengan pesawat kini dihancurkan dengan blockade.
Blockade makin ketat terhadap Jalur Gaza setelah memasuki hari ke-60 pasca perang Saif Al-Quds. Melalui blockade ini, Israel ingin menghancurkan tatanan ekonomi Jalur Gaza seluruhnya. Dengan merusak dan menghancurkan industri dan pabrik-pabrik serta sejumlah capaian positif dalam ekonomi terakhir, terutama perbaikan ekspor produksi Palestina ke luar Jalur Gaza melalui intervensi Eropa yang membantu perputaran roda ekonomi produksi Palestina di berbagai sektor.
Pakar ekonomi Palestina ini memperingatkan implikasi berbahaya blockade Jalur Gaza yang diperketat kembali terhadap ekonomi Palestina. Kali ini, Israel tidak memberikan ijin masuk dan melintasnya sebagian bahan kebutuhan pokok dan pangan apalagi kebutuhan lainnya, khusus bahan bangunan dan bahan produksi yang digunakan pabrik-pabrik untuk melanjutkan perputaran produksinya.
Rencana Baru
Noval menjelaskan, ada rencana ekonomi baru yang dikendaliakn Amerika dan Israel terhadap Jalur Gaza. Tujuannya, menghentikan likuditas keuangan di Jalur Gaza dengan melarang bantuan Qatar yang merupakan sumber paling utama lalu lintas likuiditas keuangan di Jalur Gaza dan konversi dana ini menjadi paket pangan. Ini dalam rangka mencegah masuknya dana ke gerakan Hamas.
Pakar Noval mengisyaratkan bahwa rencana Amerika – Israel yang baru ini bertujuan agar penjajah Israel menguasai penuh ekonomi Jalur Gaza dengan cara yang mereka lihat sesuai. Yakni; Otoritas Palestina harus komitmen merealisasikan agenda-agenda ini tanpa sikap politik sesuai apa yang diusulkan pemerintah Amerika.
Di saat situasi kas otoritas Palestina yang kosong, mereka dipaksa komitmen mencari sumber dana melalui rekontruksi Gaza yang bisa menjadi sumber Otoritas Palestina dengan jutaan dolar US.
Situasi Siap Meledak
Sementara itu, pengamat politik Mustafa Ash-Shawaf mengatakan, sebentar dulu soal meledakknya situasi. Sebab perlawanan memberikan tenggat waktu kepada mediator-mediator untuk memberikan waktu lebih lama. Ada janji-janji dan fleksibilitas dari pihak Israel terkait blockade. Namun ada arogansi dan kesewenang-wenangan yang begitu jelas.
Ash-Shawaf menelaskan, pihak pejuang perlawanan menggunakan politik bernafas panjang terhadap blockade penjajah Israel di Jalur Gaza. Situasi internal Jalur Gaza ibarat ujian SMA umum dan Idul Adha adalah yang memberikan ujian kesabaran kepada perlawanan Palestina agar tidak menempuh jalan “meledakkan situasi”.
Namun pengamat politik ini menyatakan bahwa perlawanan sudah pasti akan menempuh jalan meledakkan situasi jika Israel masih terus angkuh dan arogan. Apalagi di tengah situasi panas dan tidak stabil sehingga gencatan senjata saat ini sangat rapuh.
Terkait sekenario situasi di Gaza mendatang, Ash Sawaf menyatakan bahwa berdasarkan bocoran dari pihak mediasi bahwa ada peluang akan pulih seperti sebelum 10 Mei lalu. “Jika tidak solusi dalam waktu dekat hingga setelah Idul Adha, maka situasi akan meledak. Bisa jadi akan terjadi pertempuran dan perang baru. Perang akan jauh lebih brutal dibanding Mei.”
Gerakan Hamas meminta masyarakat internasional untuk bertanggungjawab dan menekan Israel mengakhiri blockade Jalur Gaza segera dan tanpa syarat.
Dalam keterangannya, alternatif dari berlanjutnya blockade akan berbahaya dan sangat menekan biaya besar. Tidak akan ada masa tenang atau stabilitas selama bansga Palestina kehilangan kehidupan yang layak dan bebas.
Ketua Biro Hubungan internasional di Hamas, Basim Naem menyatakan bahwa eskalasi krisis kemanusiaan di Jalur Gaza akibat blockade khususnya setelah agresi Israel ke Jalur Gaza terakhir dan implikasinya atas kehidupan ekonomi dan social serta kejiwaan, tergantung bagaimana menciptakan dinamika yang mendorong terjadinya ledakan situasi kembali.
Basim menegaskan, bangsa Palestina tidak akan menerima jika situasi akan berulang ke 0. Rakyat Palestina juga tidak akan menerima perundingan terhadap hak dasar yang dijamin oleh undang-undang kemanusiaan bahkan dalam situasi perang sekalipun. (PIC)