Pengalaman penyiksaan yang dialami para sandera Palestina di penjara Israel meninggalkan luka mendalam yang belum sembuh hingga hari ini. Sebagian dari mereka kehilangan pendengaran atau penglihatan. Sebagian lainnya masih berjuang melawan trauma dan penyakit kronis yang mereka bawa pulang dari balik jeruji.

Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah sandera yang dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran kembali ke Gaza. Tim Al Jazeera Net menemui mereka di berbagai pusat kesehatan di wilayah itu, mereka datang dengan harapan sederhana: menemukan perawatan untuk tubuh yang nyaris hancur, di tengah sistem kesehatan Gaza yang juga sedang runtuh.

Siksaan dan Pengabaian yang Sistematis

Salah satu mantan tahanan, Abu Marwan (nama samaran), menolak tampil di depan kamera karena masih mendapat ancaman dari pasukan Israel.

Dia menuturkan, “Aku menderita penyakit kulit scabies selama dua tahun, tapi tak pernah diberi pengobatan. Mereka sengaja menempatkanku di sel yang memperburuk penyakitku.”

Abu Marwan kini berjuang untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis. Namun dengan sedikitnya tenaga medis dan banyaknya pasien, ia belum juga mendapat penanganan.

“Mereka bukan hanya menolak memberi obat, tapi juga memperparah penderitaanku. Mereka ingin aku terus menderita.”

“Kami Bukan Tahanan, Kami Sandera”

Kisah serupa datang dari Shadi Abu Sidu, jurnalis Palestina yang diculik Israel dari Rumah Sakit Syifa pada 18 Maret 2024. Ia menyebut, para sandera Palestina tidak diperlakukan sebagai manusia, apalagi sebagai warga yang punya hak hukum.

“Kami bukan tahanan, kami sandera,” kata Abu Sidu. “Kami tidak punya hak, tidak punya makanan, tidak punya obat. Banyak dari kami disiksa, bahkan dilecehkan.”

Menurutnya, penolakan terhadap perawatan medis di penjara bukanlah kelalaian acak, melainkan kebijakan yang disengaja untuk menghancurkan tubuh dan mental para tahanan.

Penyiksaan yang Meninggalkan Bekas Seumur Hidup

Direktur Rumah Sakit Gaza, Mohammed Zaqout, membenarkan kesaksian para sandera yang baru dibebaskan. Ia menyebut para sandera mengalami “penyiksaan besar-besaran”, terutama empat hari sebelum pembebasan massal.

“Mereka dicegah makan dan minum,” ujarnya. “Layanan kesehatan sepenuhnya dihentikan. Beberapa langsung kami bawa ke ruang ICU begitu tiba di Gaza.”

Zaqout mengatakan, sebagian sandera bahkan harus diamputasi akibat infeksi parah yang tak pernah ditangani. Padahal sebelumnya mereka dalam kondisi sehat.

“Apa yang kami lihat di wajah dan tubuh mereka bukan sekadar kelelahan,” katanya. “Itu tanda-tanda penyiksaan yang disengaja.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here