Eks Sandera Palestina, Zaid Junaidi, menggambarkan kebahagiaannya setelah kembali ke rumah sebagai “kelahiran kembali”. Setelah dua tahun disandera oleh Israel di dalam penjara tanpa vonis yang jelas, ia akhirnya memeluk keluarganya di Hebron, wilayah Tepi Barat yang diduduki.

Bagi Junaidi, Selasa pagi itu bukan hari biasa. Itu adalah pagi pertama ia kembali duduk di meja makan bersama istri dan anak-anaknya, sebuah momen sederhana yang baginya terasa tak ternilai.

“Rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ujarnya, dikutip Reuters. “Sarapan bersama anak-anak pagi ini seperti hidup yang baru.”

Kenangan getir langsung menyeruak saat ia melihat putranya, Izzaldin. Dua tahun lalu, ketika ia diculik, sang anak baru berusia dua tahun. Kini Izzaldin telah tumbuh menjadi bocah empat tahun yang cerdas dan penuh canda.

“Aku meninggalkannya ketika ia masih balita. Sekarang ia bercanda denganku, memanggilku ayah… Perasaan ini sulit dijelaskan,” katanya menahan haru.

Zaid Junaidi disandera tanpa kepastian hukum, menunggu persidangan atas tuduhan menjadi anggota salah satu faksi perlawanan Palestina. Ia mengaku tidak pernah menyangka akan dibebaskan secepat ini.

“Saat mendengar kabar pembebasan, tubuhku bergetar. Aku tidak bisa menangis, tidak tahu harus berbuat apa. Hanya terdiam dalam keterkejutan,” katanya.

Namun perjalanan menuju kebebasan pun tetap diliputi kecemasan. Junaidi bercerita bahwa ia dan sandera lainnya takut pembebasan mereka dibatalkan secara tiba-tiba, praktik yang sebelumnya pernah dilakukan otoritas Israel.

“Di dalam bus Palang Merah, setiap menit kami menduga akan dibawa kembali ke penjara. Kami benar-benar baru percaya setelah turun dari bus dan memeluk keluarga. Saat itulah kami tahu, kami benar-benar pulang.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here