Penulis kebijakan luar negeri Amerika, Alexander Langlois, membongkar bagaimana lembaga bantuan kemanusiaan di Gaza sejatinya bukan solusi, tapi alat politik Washington untuk melindungi Israel dari jerat hukum internasional.

Dalam artikelnya di The National Interest, Langlois menyebut bahwa “Lembaga Kemanusiaan Gaza” hanyalah lanjutan dari proyek pelabuhan terapung ala Presiden Biden, bukan untuk menyelamatkan nyawa warga Gaza, tapi untuk menyamarkan kejahatan perang dan melanggengkan blokade.

“Ini bukan kegagalan kebijakan. Ini mimpi buruk yang dirancang dengan sadar untuk memaksa rakyat Palestina meninggalkan tanah mereka,” tulis Langlois.

Distribusi bantuan yang diklaim sebagai upaya kemanusiaan, menurutnya, justru ditempatkan di wilayah militer tertutup. Tujuannya jelas: mencegah jurnalis dan pengamat PBB melihat langsung pelanggaran-pelanggaran brutal yang dilakukan pasukan Israel.

Lebih lanjut, ia menyebut strategi ini sebagai bagian dari rencana sistematis untuk melakukan pembersihan etnis dan pengusiran massal terhadap warga Gaza, seperti yang berulang kali digemakan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang kini telah masuk dalam daftar buronan Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan perang.

Langlois mengingatkan, inisiatif-inisiatif seperti pelabuhan terapung dan lembaga bantuan kemanusiaan itu muncul tepat di saat Mahkamah Internasional dan ICC tengah menyelidiki kejahatan genosida oleh Israel. Dan seperti yang ditulisnya: “Langkah ini bukan untuk bantu rakyat Gaza. Ini untuk bantu Israel lari dari pengadilan.”

Alih-alih memperbaiki citra, Langlois menilai langkah ini justru mempermalukan Amerika Serikat di mata dunia. “Kebijakan ini tidak melindungi siapa pun, ia hanya mengorbankan dua juta jiwa warga Gaza dan mempercepat isolasi global terhadap Washington.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here