Spirit of Aqsa- Pakar militer Kolonel Purn. Hatem Karim Al-Falahi menilai video terbaru yang dirilis Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menunjukkan bahwa operasi perlawanan direncanakan dengan matang dan bukan bersifat acak. Video itu juga menggambarkan intensitas pertempuran darat yang berlangsung.

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Al-Falahi menyebutkan bahwa operasi Al-Qassam dilakukan di lokasi strategis yang menjadi basis pasukan dan kendaraan militer Israel, dengan menggunakan beragam alat tempur dan tidak terbatas pada satu area.

Video berjudul “Penyergapan Keteguhan dan Tantangan” yang dirilis pada Minggu (24/12) itu memperlihatkan serangan langsung terhadap pasukan Israel di Kamp Jabaliya, Gaza Utara. Operasi tersebut mencakup penggunaan peluru kendali antitank terhadap tank dan pengangkut personel, serta serangan ke sebuah rumah yang menjadi benteng pasukan Israel menggunakan peluru kendali TBG.

Dalam video itu, terlihat pula aksi penembakan sniper terhadap seorang tentara Israel di pusat Jabaliya serta ledakan ranjau darat yang menargetkan beberapa tentara lainnya.

Al-Falahi menyoroti variasi alat tempur yang digunakan, seperti roket antitank Yasin 105 dan peluru kendali TBG. Menurutnya, keberagaman ini mencerminkan kemampuan taktik Al-Qassam yang menyesuaikan penggunaan senjata dengan kondisi lapangan, sekaligus mencari alternatif ketika opsi utama tidak tersedia.

Operasi beruntun yang terus dilakukan oleh Al-Qassam di Gaza Utara, meskipun lebih dari 77 hari telah berlalu sejak dimulainya serangan darat Israel, menjadi bukti kegagalan Israel menguasai wilayah tersebut. “Hal ini menunjukkan betapa sengitnya pertempuran darat di wilayah tersebut,” jelasnya.

Israel memulai operasi militer baru di Jabaliya pada 6 Oktober 2023, dengan dalih untuk mencegah Hamas memulihkan kekuatannya di kawasan tersebut.

Al-Falahi menilai keberhasilan Al-Qassam dalam melancarkan operasi di Jabaliya utara dipengaruhi oleh karakteristik geografis kawasan, pengalaman tempur pasukan perlawanan, serta kondisi pasukan Israel yang kelelahan. Semua ini, katanya, meningkatkan kerugian material dan korban jiwa di pihak Israel.

Terkait pesan dalam video Al-Qassam, Al-Falahi mengungkapkan bahwa operasi militer Israel lebih bermotif politik ketimbang militer. Hal ini tercermin dari penggunaan senjata mematikan yang ditujukan untuk membunuh warga sipil dan menghancurkan permukiman.

Seorang pejuang Al-Qassam dalam video tersebut menegaskan bahwa pasukan besar yang dikerahkan Israel ke Gaza Utara tidak mencapai target apa pun selain membunuh warga sipil dan merusak bangunan. Ia juga menyebutkan bahwa tentara Israel hanya berjarak kurang dari 200 meter dari mereka.

Menurut Al-Falahi, Al-Qassam telah memperkenalkan metode tempur baru seperti serangan dengan pisau dan operasi syahid, yang ia sebut sebagai “pilihan yang tidak terhindarkan.”

Ia menyimpulkan bahwa variasi alat dan taktik tempur memberikan dimensi baru dalam perlawanan, sehingga pasukan Israel tidak dapat memprediksi pola serangan pejuang. “Kemampuan tetap ada, tetapi penggunaannya tergantung pada kondisi wilayah dan target yang dihadapi,” tegasnya.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here