Spirit of Aqsa- Sejak 1960-an, perbatasan Yordania-Palestina telah menjadi lokasi berbagai operasi infiltrasi dan serangan fida’i di wilayah pendudukan Israel. Aktivitas ini sempat menurun seiring waktu, namun kembali meningkat pada 1990-an, dan setelah penandatanganan Perjanjian Wadi Araba antara Yordania dan Israel pada 1994, kondisi sempat tenang hingga insiden tentara Ahmad al-Daqamsa.

Sejak pertempuran “Taufan Al-Aqsa,” perbatasan kembali mengalami ketegangan dengan beberapa insiden infiltrasi, termasuk operasi terbaru di Jembatan Raja Hussein.

Serangan di Jembatan Raja Hussein

Pada 8 September, Maher al-Jazi, seorang pengemudi truk asal Yordania, membawa barang menuju Jembatan Raja Hussein yang menghubungkan Yordania dengan Tepi Barat dan Israel. Dia mengeluarkan pistol yang telah disembunyikan dan menembaki petugas keamanan Israel, menewaskan tiga di antaranya dengan tembakan langsung ke kepala sebelum ditembak mati oleh pihak keamanan Israel.

Operasi yang Gagal

Pada 22 Maret lalu, Israel mengumumkan penangkapan dua pejuang di dekat pemukiman Beit Se’el yang terletak di tanah desa Fasayil, setelah mereka melintasi perbatasan menuju wilayah pendudukan Palestina. Mereka ditemukan membawa senapan Kalashnikov dan dua magasin amunisi. Dalam pemeriksaan, mereka mengaku akan melakukan serangan di Yaffa sebagai balasan atas agresi Israel di Gaza.

Penembakan Tanpa Korban

Pada 5 April, tentara Israel mengumumkan bahwa seorang bersenjata telah menembaki kendaraan militer setelah melintasi perbatasan dari Yordania. Radio militer melaporkan bahwa pelaku berhasil melarikan diri kembali ke wilayah Yordania.

Dari Gaza ke Eilat

Pada 29 Januari 2007, Muhammad Faisal Al-Saksak dari Gaza berhasil menyusup ke wilayah pendudukan melalui Yordania dan tiba di kota Eilat. Dia naik taksi menuju lokasi yang direncanakan untuk aksi peledakan. Namun, taksi tersebut mencurigakan, dan sopirnya melaporkan kepada polisi yang kemudian mengirim patroli. Saksak akhirnya meledakkan bom di sebuah toko roti, menewaskan tiga warga Israel.

Aksi Eks Tentara

Pada 13 Maret 1997, selama bertugas di area Baqura, tentara Ahmad al-Daqamsa menembaki pemukiman di wilayah tersebut, membunuh tujuh pemukim dan melukai beberapa lainnya. Dalam persidangan, Daqamsa mengklaim bahwa pemukim tersebut mengejeknya saat dia sedang berdoa. Insiden ini terjadi tiga tahun setelah Perjanjian Wadi Araba dan menimbulkan reaksi diplomatik dari Raja Hussein bin Talal yang mengunjungi Israel untuk meminta maaf dan menyampaikan belasungkawa.

Pembalasan

Pada April 1997, Suna al-Ra’i menyelundupkan pistol di paha saat melintasi perbatasan Yordania melalui Jembatan Raja Hussein, kemudian menembaki tentara Israel dan melukai beberapa sebelum ditangkap. Aksi ini merupakan pembalasan atas kematian saudaranya oleh tentara Israel pada 13 April 1988.

Mahasiswa Perlawanan

Pada 8 Februari 1991, Marwan Arandis, seorang mahasiswa di Universitas Yordania bersama rekan-rekannya, Khalil Zaitoun dan Raed Al-Salhi, melakukan serangan di wilayah pendudukan melalui Wadi Araba. Mereka menyergap bus yang mengangkut tentara Israel, terlibat baku tembak selama lima jam yang mengakibatkan kematian dan luka-luka di kalangan tentara Israel sebelum akhirnya mereka gugur.

Target Berharga

Pada 13 November 1990, Sultan al-Ijlouni, yang berusia 17 tahun, melintasi perbatasan Yordania menuju Palestina melalui Sungai Yordan, bersenjata pistol, dan menyerang pos militer Israel. Dia berhasil membunuh seorang polisi Israel sebelum pistolnya macet, menghalangi serangan lebih lanjut. Polisi yang terbunuh adalah saudara dari mantan komandan Brigade Yerusalem.

Perlawanan untuk Al-Aqsa

Pada 8 November 1990, sebagai balasan untuk pembantaian Al-Aqsa bulan lalu, Saleh Abu Ghalyoun, Khaled Abu Ghalyoun, Ameen Al-San’a, Ibrahim Ghanem, dan Nayef K’aabneh menyeberang dari Yordania dan menyerang patroli Israel di dekat al-Auja, timur Jericho. Bentrokan selama empat jam mengakibatkan kematian dan luka-luka di pihak tentara Israel, sementara Nayef K’aabneh gugur dan yang lainnya ditangkap setelah perlawanan sengit.

Al-Qur’an dan Pisau

Pada 22 Desember 1990, Ala’ Al-Din Hijazi, seorang siswa SMA, menyusup ke Israel melalui Sungai Yordan untuk melakukan serangan bersenjata, membawa pisau dan Al-Qur’an. Dia ditembak mati oleh tentara Israel sebelum dapat melukai siapa pun. Dalam wasiatnya, Hijazi meminta alasan mengapa umat Arab dan Muslim takut untuk memasuki dan membebaskan Palestina.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here