Spirit of Aqsa– Lembaga Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memberikan Penghargaan Kebebasan Pers Dunia UNESCO/Guillermo Cano 2024 ke para jurnalis Palestina di Jalur Gaza.
Para jurnalis di Jalur Gaza dinilai rela mempertaruhkan nyawa demi menyampaikan fakta ke seluruh dunia. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi kepada para jurnalis karena telah berdedikasi dalam melakukan tugas jurnalistik di Jalur Gaza.
Mengutip laman resmi UNESCO, Guillermo Cano 2024 merupakan sebuah penghargaan setiap tahun atas kontribusi luar biasa terhadap jurnalis yang menjunjung tinggi dan menerapkan kebebasan pers di mana pun. Meski dalam keadaan bahaya sekalipun.
“Di masa-masa kegelapan dan keputusasaan ini, kami ingin menyampaikan pesan solidaritas dan pengakuan yang kuat kepada para jurnalis Palestina yang meliput krisis ini dalam keadaan yang begitu dramatis,” kata Mauricio Weibel, ketua juri profesional media internasional.
“Sebagai umat manusia, kita berhutang besar atas keberanian dan komitmen mereka terhadap kebebasan berekspresi,” tambah Weibel dalam sebuah upacara di ibu kota Chile, Santiago, dalam Hari Kebebasan Pers Sedunia pada Jumat 3 Mei 2024.
UNESCO memang kerap mendukung upaya jurnalis yang meliput berbagai zona konflik hingga keadaan kritis. Lembaga internasional tersebut juga menyediakan ruang kerja yang aman hingga memberikan hibah darurat bagi mereka yang terjun langsung ke medan tempur.
Selain itu, UNESCO menyediakan berbagai pelatihan khusus kepada jurnalis yang diterjunkan langsung di garis terdepan. Mulai dari pemanfaatan alat pelindung hingga kode etik keamanan pers di medan tempur.
Melalui penghargaan tersebut, UNESCO ingin secara terhormat mengapresiasi upaya para jurnalis yang ingin terlibat langsung dalam berbagai situasi. Terutama bagi jurnalis Palestina yang rela menerjang gempuran Israel yang kerap terjadi.
“Setiap tahun, UNESCO/Guillermo Cano Prize memberikan penghormatan atas keberanian jurnalis menghadapi keadaan sulit dan berbahaya. Sekali lagi pada tahun ini, Penghargaan ini mengingatkan kita akan pentingnya tindakan kolektif untuk memastikan bahwa jurnalis di seluruh dunia dapat terus melakukan pekerjaan penting mereka untuk memberikan informasi dan melakukan investigasi,” ujar Dirjen UNESCO Audrey Azoulay.
Lebih dari 100 jurnalis dan pekerja media syahid terbunuh dalam tujuh bulan pertama perang di jalur Gaza yang dimulai pada Oktober, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ).
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebutkan jumlah korban jiwa jurnalis menembus lebih dari 140 orang.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Weibel mengatakan dunia memiliki “utang besar kepada jurnalis Palestina”. “Kita menghadapi banyak risiko di seluruh dunia, dan kita perlu mengatakan, ‘Hentikan’,” tambahnya.
Audrey Azoulay mengatakan, penghargaan tersebut merupakan “penghargaan atas keberanian jurnalis menghadapi keadaan sulit dan berbahaya”.
Lucia Newman dari Al Jazeera, melaporkan dari Santiago, menggambarkan acara tersebut sebagai “upacara yang sangat emosional. Ada banyak orang di ruangan itu yang menangis. Ada banyak emosi dan tepuk tangan yang sangat meriah.”