Spirit of Aqsa, Palestina– Media Israel menyoroti penurunan moral prajurit Israel yang terlibat dalam perang di Jalur Gaza. Media Israel juga menyoroti remaja Israel, Tal Mitnick, yang menolak panggilan wajib militer, karena menolak “berpartisipasi dalam perang kriminal di Gaza.”
Jurnalis urusan militer dan keamanan Channel12 Israel, Or Heller, menilai, kondisi mental tentara Israel yang pernah berperang di Jalur Gaza hancur. Dia mencontohkan kasus seorang tentara di Divisi Terjun Payung di Ashkelon yang menembak rekan sendiri setelah tebrangun akibat mimpi buruk. Insiden tersebut menyebabkan beberapa tentara di lokasi mengalami luka.
Sementara itu, mantan Kepala Front Dalam Israel, Dadi Samhi, menyatakan, perwira memikul tanggung jawab besar, dan harus mengatur pembicaraan untuk mengurangi ketegangan di antara prajurit dan mengatasi apa yang mereka hadapi.
Shalom Ben Hanan, mantan pegawai senior di Badan Keamanan Dalam Negeri (Shin Bet), para komandan juga mengalami tekanan yang sama. Hal itu mengharuskan mereka cuti sebelum diberangkatkan ke medan pertempuran.
“Cuti itu dimaksudkan untuk mengatur pertemuan dengan elemen-elemen yang misinya adalah memperkuat kesehatan mental dan memberikan alat profesional untuk mengatasi stres kepada para pemimpin tentara,” ujar Shalom.
Tolak Ikut Berperang di Jalur Gaza
Nama Tal Mitnick kini diperbincangkan secara global, saat dirinya, seorang warga Israel asal Tel Aviv, menolak untuk ikut berperang dan agresi militer di Gaza.
Dia adalah seorang remaja berusia 18 tahun berwajah lembut dengan hati yang penuh idealisme. Ketika Tal Mitnick, menolak untuk mendaftar menjadi tentara Israel, dia pun diadili pada hari Selasa, dia dibawa ke penjara militer untuk menjalani hukuman selama 30 hari.
Berdiri sendirian di negara yang bertekad berperang adalah keputusan yang sulit. Namun, saat berbicara di Tel Hashomer, sebuah pangkalan dekat pagar Gaza di Israel tengah tempat Mtnick akan menjalani hukuman, ia dengan tegas mempertahankan keputusannya.
“Saya yakin pembantaian tidak bisa menyelesaikan pembantaian,” katanya, melansir Al Jazeera.”Serangan kriminal di Gaza tidak akan menyelesaikan pembantaian keji yang dilakukan Hamas. Kekerasan tidak akan menyelesaikan kekerasan. Dan itulah sebabnya aku menolak,” lanjutnya.
Pernyataan itu viral di media sosial X dengan username @Mesarvot, sebuah jaringan pendukung yang menghubungkan para rejectnik dalam kampanye melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.